Kamis, 30 April 2009

Teks 1 Khutbah Jumat di KBRI Tripoli


Refleksi Kemerdekaan Indonesia
Khutbah Jumat di KBRI


َلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَكْرَمَنَا بِنِعْمَةِ الإِيْمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ، وَيَمُنُّ عَلَيْنَا بِالسَّعَادَةِ وَالسَّلاَمَةِ وَالصِّحَّةِ وَاْلعَافِيَةِ.

أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

Hadirin sidang jumat yang berbahagia..
Marilah kita bersama2 memanjatkan puji dan syukur kepada hadirat Allah swt, karena atas karunia dan kasih sayangnya sampai hari ini kita masih diberikan kesempatan untuk menghirup udara dan menjalani aktivitas kehidupan di dunia untuk mempersiapkan kehidupan sesungguhnya yang kekal abadi di akhirat nanti.
Dalam kesempatan ini khatib berpesan kepada diri khatib dan jamaah sekalian, agar selalu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah swt. Dengan cara terus berupaya melakukan proses evaluasi terhadap diri kita, agar terbangun ruh dan mentalitas yang hanya patuh, tunduk, dan takut kepada Allah swt. Kepatuhan, ketundukan dan rasa takut hanya kepada Alloh, itulah tolak ukur keimanan dan ketaqwaan seseorang. Pribadi yang beriman dan bertaqwa tidak akan menghambakan dirinya kepada apapun atau siapapun, ia merdeka dari penghambaan terhadap makhluk. Ia akan menghambakan dirinya hanya kepada Alloh swt.
Itulah makna mendalam dan sesungguhnya dari kalimat syahadat pertama yang kita selalu ucapkan setiap hari dalam shalat 5 waktu. Yaitu: Asyhadu alla ilaha illa alloh.. Saya bersaksi tidak ada tuhan selain alloh.
Perumusan kalimat persaksian (Syahadat) ini: Tiada Tuhan selain Allah mengandung gabungan antara peniadaan dan pengecualian. Perkataan "Tidak ada Tuhan" berarti meniadakan segala bentuk kepercayaan, sedangkan perkataan "Selain Allah" memperkecualikan satu kepercayaan hanya kepada Alloh. Dengan peniadaan itu dimaksudkan agar manusia membebaskan dirinya dari belenggu segenap kepercayaan yang ada tentunya dengan segala akibatnya, dan dengan pengecualian itu dimaksudkan agar manusia hanya tunduk pada ukuran kebenaran yang datangnya dari Alloh, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta segala yang ada termasuk manusia.
Patuh dan tunduk hanya kepada Allah itulah yang disebut Tauhid. Agama Islam disebut sebagai agama Tauhid.
Kebalikan dari tauhid adalah syirik.
"Syirik" secara harfiah artinya mengadakan tandingan, dalam hal ini kepada Tuhan. Syirik adalah sifat menyerah dan menghambakan diri kepada sesuatu selain kepada Allah, baik menghambakan diri kepada sesama manusia maupun alam. Karena sifatnya yang meniadakan kemerdekaan asasi manusia, syirik merupakan dosa dan kejahatan terbesar kepada kemanusiaan. Oleh karena itu Alloh mengingatkan kepada kita, bahwa semua dosa itu akan diampuni kecuali dosa syirik. Orang yang tidak melakukan syirik dalam arti tidak menghambakan diri kepada makhluk baik itu manusia, harta benda, hawa nafsu dsb, berarti ia telah mendapatkan kemerdekaanya.
Itulah sesungguhnya makna Lailaha Illa alloh..yang memerdekakan kita semua. Dalam konteks individu, Permasalahannnya adalah sudah merdekakah diri kita dari penghambaan selain kepada Allah..?
Sementara dalam konteks kebangsaan..yang hari kemerdekaanya akan kita peringati pada tgl 17 agustus nanti, dengan berlandaskan pada kalimat tauhid tadi, nampaknya kita secara kolektif harus mengaca diri, agar kemerdekaan yang telah amanatkan dan diperjuangkan oleh para pendahulu kita dengan keringat dan darah, tidak dikhianati oleh tangan2 tidak bertanggung jawab yang justru membelenggu kemerdekaan kita.
Pada saat ini memang benar kemerdekaan secara simbolik telah dikumandangkan oleh bangsa Indoensia. Tapi kemerdekaan secara substantif belum sepenuhnya dirasakan oleh mayoritas rakyat Indonesia. Rakyat kita masih dibelenggu oleh kebodohan dan kemiskinan. Baik kemiskinan structural maupun kemiskinan material.
Sesungguhnya kemiskinan rakyat kita secara materi adalah sesuatu yang ironis kalau kita melihat potensi kekayaan negeri kita,
Indonesia merupakan negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia dengan  17.500 pulau, 81.000 km garis pantai (terpanjang kedua setelah Kanada), dan sekitar 70% wilayahnya termasuk Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) berupa Laut. Luas Darat 1,9 juta km2 = 190 juta ha (25%), Luas Laut 5,8 juta km2 (75%). Indonesia menurut sensus tahun 2000 berpenduduk 205,132 juta jiwa, dan pada tahun 2008 mencapai 227,779 juta jiwa, adalah merupakan pasar yang besar dari sisi bisnis.`Dari jumlah tersebut 86,6% penduduknya beragama Islam. Indonesia merupakan negeri Muslim terbesar di dunia.
Indonesia memiliki 60 cekungan besar minyak bumi dan gas, 11 yang sudah berproduksi dengan kapasitas Minyak Bumi sebesar 1,93 milyar barel.
Cadangan Emas, Perak, dan zat mineral lainnya terdapat hampir di semua kawasan dari mulai Sumatra sampai papua. Belum lagi pertanian, perikanan, kelautan, dan kehutanan yang luar biasa potensinya.
Namun semua potensi kekayaan itu nampaknya belum dikelola secara benar dan maksimal untuk kepentingan rakyat banyak. Malah ironisnya perusahaan2 dan orang asing justru dengan leluasa menikmati kekayaan milik kita. Sementara rakyat yang notabene kaum pribumi dan pemiliknya hidup berkesusahan. Kalau boleh saya ibaratkan secara ekstrim, Rakyat kita saat ini bagaikan ayam kelaparan di lumbung padi.
Ini semua tentunya disebabkan oleh salah kelola terhadap potensi Negara kita. Pemegang amanat rakyat, tidak semuanya berpihak kepada rakyat, bahkan tak sedikit yang berpihak kepada asing, dan kemudian didikte oleh kepentingan asing dengan mengorbankan kepentingan rakyat.
Itulah fakta sesungguhnya yang terjadi saat ini. Rakyat tetap saja susah, dan belum merdeka dalam memperoleh hak dan akses terhadap kekayaan yang dimiliknya. Rakyat kita belum merdeka secara substantive, rakyat kita belum merdeka ditanah airnya sendiri. Pemimpin kita masih belum mampu memerdekakan rakyatnya.
Untuk itu pula, kedepan janganlah sekali-kali kita mempercayakan bangsa ini dipimpin oleh orang2 yang hanya patuh kepada kepentingan asing dan menyengsarakan rakyat. Kita berharap dan berdoa semoga ke depan kita memiliki pemimpin yang bertauhid. Pemimpin yg bertauhid berarti pemimpin yang merdeka dan hanya takut kepada Allah. Sehingga dengan pemimpin yang bertauhid Negara kita pun akan bertauhid, dalam arti Negara yang merdeka mengelola asset-asetnya, Negara yang tdk tunduk kepada kepentingan asing, dan Negara yang menyejaterakan warganya.
«اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ»
Ya Allah, siapa saja yang mengurusi urusan umatku, lalu dia membebani mereka, maka bebanilah dia! (HR Muslim dan Ahmad).

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْءَانِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الأيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيْمُ.



أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَات فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KBRI Tripoli, 14 Agustus 2008

نبذة عن قسم اللغة العربية وآدابها جامعة بجاجاران الحكومية باندونج - إندونيسيا


نبذة عن قسم اللغة العربية وآدابها كلية الآداب
جامعة بجاجاران الحكومية باندونج - إندونيسيا
Universitas Padjadjaran Bandung
إعداد/ ناندناج نورصالح مختار
محاضر الجامعة

التمهيد
إن إنشاء الجامعة يمثل تجسيدا لفكرة المجتمع ورغبتهم فى تنمية نظام التربية المتكامل والشامل في شتى العلوم تلبية لمتطلبات المجتمع واحتياجاته للمؤسسة التعليمية العالية القادرة على تخريج العلماء المتخصصين المؤهلين والملتزمين بالأخلاق الكريمة. وفيما يلي ملخص تاريخ جامعة بجاجاران الحكومية من بداية تأسيسها حتى تطورها اليوم في خدمتها التربوية والثقافية والعلمية لتكوين إطار المجتمع المدني.

أ‌- تطور جامعة بجاجاران
تقع جامعة بجاجاران الحكومية في مدينة باندونج العريقة وهي مدينة بلدية لمحافظة جاوى الغربية. وقد أسس سوكارنو الرئيس الأول لجمورية إندونيسيا هذه الجامعة في التاريخ 24 سبتمبر 1957 م، بعد عامين من تنفيذ المؤتمر آسيا وأفريقا التذكاري الذي أقيم في هذه المدينة. سميت هذه الجامعة بـ : " بجاجاران " لتذكر اسم المملكة القديمة التي تسلطت على مناطق جاوى الغربية وحولها.
لقد مرت جامعة بجاجاران الحكومية جامعة متقدمة ومتفوقة في تطورها بستة عشر كلية وهي: كلية الطب، وكلية طب الأسنان، وكلية القانون، وكلية الاقتصادية، وكلية الآداب، وكلية الزراعة، وكلية التكنولوجيا الزراعية، وكلية الإعلام، وكلية علم النفس، وكلية العلوم الاجتماعية والسياسية، وكلية العلوم الطبيعية والرياضية، وكلية علم التمريض، وكلية التربية الماشية، وكلية العلوم البحرية والأسماك، وكلية الصيدلة، وكلية الدراسات العليا. وقد وصل عدد الطلاب الذين يدرسون في جامعة بجاجاران حوالي 48.500 طالبا حاليا من تلك الكليات الكثيرة والأقسام المتوافرة فيها.

ب‌- كلية الآداب
أسست كلية الآداب عام 1958 م بعد سنة من تأسيس الجامعة، وقد تطورت هذه الكلية تطوراً ملحوظاً، إذ تم فيها إنشاء الأقسام المختلفة حسب مايحتاج المجتمع إليها. أما الأقسام التي تحتضنها الكلية فهي:
1- قسم اللغة الإندونيسية وآدابها
2- قسم اللغة السوندوية وآدابها
3- قسم اللغة الإنجليزية وآدابها
4- قسم اللغة الفرنسية وآدابها
5- قسم اللغة اليابانية وآدابها
6- قسم اللغة الروسية وآدابها
7- قسم اللغة الألمانية وآدابها
8- قسم اللغة العربية وآدابها
9- قسم التأريخ
تنفّذ الأقسام السابقة عملية التعليم والتعلم لمدة 5 سنوات دراسية (المرحلة الجامعية). ومن جانب أخر، قد أنشأت كلية الآداب البرنامج التخصصي المهني تلبية لمتطلبات المجتمع واحتياجاته. وعمل هذا البرنامج عملية تعليمه لمدة 3 سنوات دراسية، وينقسم إلى 8 أقسام، وهي:
1- قسم اللغة الإنجليزية
2- قسم اللغة الفرنسية
3- قسم اللغة اليابانية
4- قسم اللغة الألمانية
5- قسم اللغة الصينية
6- قسم تحرير الكتابة
7- قسم توثيق الثقافة
8- قسم الرحلة السياحية
وتخرجت كلية الآداب جامعة بجاجاران الخريجين من بداية إنشائها حتى الآن 16.258 متخرجا.

ج - قسم اللغة العربية وآدابها
إن اللغة باعتبارها وسيلة للاتصال لها أهمية بالغة فى رعاية الثقافة والحضارة الإنسانية. وقد اعترفت هيئة الأمم المتحدة قبل مدة باللغة العربية – إلى جانب اللغة الإنجليزية- باعتبارها لغة عالمية ولغة التعامل فى الاتصال والجلسات، كما اعترفت بـها منظمة اليونسكو الدولية ولا تزال تستعملها لغة التعامل فى جلساتها جنب غيرها من اللغات. وبالإضافة إلى ذلك، تستخدم العربية باعتبارها خير رابطة الوحدة بين المسلمين. وفى بلادنا إندونيسيا حيث أغلبية عدد السكان مسلمة، تظهر آثار هذه اللغة واضحة في مفرداتها الدخيلة في لغتنا القومية.
إدراكا لأهمية دور العربية باعتبارها رابطة وحدة المسلمين، يقوم هذا القسم بإعداد متخصصين مؤهلين في اللغة العربية وآدابها، قادرين على فهم العلوم العربية والإسلامية من مصادرها الأصلية وبصورة خاصة القرآن الكريم والحديث النبوي، ولهم كفاءة تامة لأداء مهمة المناصب في المؤسسات الإقليمية والدولية ومراكز البحوث والدراسات، وللعمل في المجالات الداخلية والخارجية المعنية .

د- المشاكل التي يوجهها قسم اللغة العربية وآدابها
1- المكتبة كالوسيلة التعليمية ضائلة من الكتب العربية لاسيما المصادر والمراجع المعاصرة للعلوم العربية والإسلامية .
2- لم يتعادل بين رغبة الطلبة القوية وحماستها الشديدة في تعلم اللغة العربية والإسلامية وبين قدرة المدرسين المحترفة في مهارات العربية.
وهذا بسبب عدم الوسائل التعليمية العربية المتكاملة وبالسبب النادر عليهم في إقامة دورة تعليم اللغة العربية لغير الناطقين بها.
3- الناطق اللغوي الذي يدرس اللغة من منابعها ومصادرها هو ضرورة حتمية في كل مؤسسة تعليم اللغة الأجنبية. وهنا في قسم اللغة العربية وآدابها بجامعة بجاجاران الحكومية العريقة لم يكن الناطق اللغوي رسميا ومبعوثا يبعثه الدولة العربية أو المؤسسة العربية الأهلية بتاتا.
4- قليل الاهتمام والتعاون من الدول العربية المتوافرة لهذا القسم على جهوده المجدة في انتشار اللغة العربية والإسلامية. وهذا يفرق بينها وبين الدولة اليابانية الصغيرة التي قد أسست المركز العلمي الفاخر لدراسة اللغة اليابانية وثقافتها في داخل الجامعة تحت إدارة قسم اللغة اليابانية وآدابها. وأيضا، الدول الأخرى التي تدرس لغتها في هذه الجامعة.
5- أما المشكلة التي جائت من جانب الطالب فهي المشكلة التي قد تحدث أثناء عملية التعليم والتعلم تعني تدخل اللغة الأم إلى اللغة الهدف ( العربية). ومن المعلوم، أن الطلاب الدارسين في قسم اللغة العربية وآدابها جامعة بجاجاران جاؤوا من أنحاء الأرخبيل ومختلف القبائل الذين يتكلمون باللغات الأم المختلفة.

هـ - كشف المقرر لقسم اللغة العربية وآدابها كلية الآداب جامعة بجاجاران باندونج
الرقم - اسم المقرر - الساعة المعتمدة
1 مبادئ الدولة 2
2 اللغة الإنجليزية (1) 2
3 المجتمع الإندونيسي وثقافته (1) 2
4 تطور المجتمع الإندونيسي وفنونه (1) 2
5 التربية الوطنية 2
6 اللغة الإندونيسية (1) 2
7 مدخل فى علم اللغة العام 2
8 النحو (1) 2
9 الصرف (1) 2
10 جعرافية العالم العربي 2
11 التعبير اللغوي (1) 2
12 الخط 2
13 الدين الإسلامي 2
14 المجتمع الإندونيسي وثقافته (2) 2
15 اللغة الإنجليزية (2) 2
16 اللغة الإندونيسية (2) 2
17 التعبير اللغوي (2) 2
18 المطالعة (1) 2
19 الإملاء 2
20 الصرف (2) 2
21 النحو (2) 2
22 مدخل فى تاريخ العرب 3
23 مدخل فى العلوم الإجتماعية 2
24 مدخل فى العلوم الطبيعية 2
25 الفلسفة (1) 2
26 تطور المجتمع الإندونيسي وفنونه (2) 2
27 مدخل فى تحليل الأدب 2
28 المحادثة (1) 2
29 المطالعة (2) 2
30 النحو (3) 2
31 الصرف (3) 2
32 المجتمع العربي وثقافته 2
33 تاريخ الفكر المعصر (1) 2
34 الفلسفة (2) 2
35 تاريخ الثقافة الإندونيسية 3
36 المحادثة (2) 2
37 علم البنية (مورفولوجيا) 2
38 النحو (4) 2
39 المناهج وطرق الترجمة 2
40 علم الأصوات (فونولوجيا) 2
41 تاريخ الفكر العربي المعصر 2
42 تاريخ الفكر المعصر (2) 2
43 البحث الثقافية ومناهجه 3
44 علم التنظيم (سينتكسيس) 2
45 علم البيان 2
46 علم اللغة 2
47 الإنشاء 2
48 الترجمة التطبيقية 2
49 علم الدلالة ( سمانتيك ) 2
50 النحو (5) 2
51 تحليل النثر العربي 2
52 علم المعانى 2
53 فقه اللغة 2
54 النحو (6) 2
55 تاريخ الأدب العربي 2
56 مناهج البحث اللغوي / مناهج البحث الأدبي (خيار) 2
57 كيفية كتابة الرسالة 3
58 تحليل الشعر العربي 2
59 علم البديع 2
60 الخطابة 2
61 علم العروض 2
62 المدارسة فى علم اللغة العربية / في الأدب العربي (1) 2
63 الفلسفة الإسلامية 2
64 علوم القرآن 2
65 البحث الميداني 3
66 تحليل الدرامى العربي ( المسرح ) 2
67 المدارسة فى علم اللغة العربية / في الأدب العربي (2) 2
68 العلوم الإسلامية ( إسلامولوجي ) 2
69 تحسين الخط 2
70 الرسالة (البحث الأخير) 6
مجموعة الساعة المعتمدة 150




Selasa, 21 April 2009

Selamat Hari Kartini 21 April 2009

Andai Kartini Tamat Mengaji...

Sejarah, penggal waktu yang telah ditinggalkan. Sejarah, hanyalah saksi bisu
yang bergantung pada kacamata manusia untuk membacanya.
Sejarah bisa berarti beda jika kacamata baca manusia juga berbeda.
Adalah sebuah keharusan untuk membaca sejarah secara obyektif berdasarkan fakta.
Demikian halnya dengan perjuangan Kartini. Benarkah Kartini menginginkan kaum wanita
mengejar kesetaraan kedudukan dengan kaum laki-laki di semua bidang ?
Objektivitas adalah syarat utama untuk mengkaji sebuah sejarah. Tanpa ada semangat objektifitas, sebuah peristiwa sejarah dapat dimaknai dan disalahgunakan sesuai dengan kepentingan pihak yang bersangkutan. Untuk mendukung sebuah pendapat atau mewujudkan sebuah tujuan, kisah sejarah bisa dipenggal, dihilangkan atau justru ditambahi penekanannya pada bagian-bagian tertentu. Penyusunan sejarah seperti ini hanya akan mengantarkan masyarakat kepada sebuah kesimpulan yang salah, bukan kepada pelajaran sebenarnya yang ada dibalik kisah kehidupan sang tokoh.
Demikian halnya dengan sejarah perjuangan R.A Kartini. Selama ini yang dipahami dan dicatat dari perjuangan Kartini adalah semangat emansipasi untuk menjadikan kaum wanita mempunyai hak yang sama dan sejajar dengan kaum laki-laki. Sehingga yang terlihat kemudian adalah wanita Indonesia yang tergopoh-gopoh untuk menempatkan diri pada posisi-posisi yang didominasi oleh kaum pria. Kata "emansipasi" telah bergeser kearah liberal, feminisme, dan ide-ide penentangan terhadap fitrah kaum wanita yang memang berbeda dengan pria.

Kartini, Antara Dominasi Adat dan Pengaruh Barat

Menelisik kehidupan seorang tokoh tak terlepas dari lingkungan internal dan eksternal yang membentuk kepribadiannya. Kartini tumbuh dalam dua suasana dan pemikiran yang saling bertentangan satu dengan yang lain. Sebagai keturunan ningrat, Kartini tumbuh di lingkungan yang kuat dengan adat istiadat.
Di satu sisi, keningratan yang ada padanya, memungkinkan Kartini untuk memiliki teman-teman dari Belanda yang mengagungkan kebebasan. Dari surat-surat Kartini yang terhimpun, nampak bahwa jalinan persahabatan ini telah menyumbangkan sebuah pemikiran tersendiri bagi perkembangan dirinya.
Kartini tumbuh di lingkungan Jawa yang teguh memegang adat-istiadat. Di tengah kuatnya dominasi adat, Kartini berani berdiri untuk menantang semua adat itu. "Peduli apa aku dengan segala tata cara itu... segala peraturan, semua itu bikinan manusia, dan menyiksa diriku saja. Kau tidak dapat membayangkan bagaimana rumitnya etiket di dunia keningratan Jawa itu... tapi sekarang mulai dengan aku, antara kami (Kartini, Roekmini, dan Kardinah) tidak ada tata cara lagi. Perasaan kami sendiri yang akan menentukan sampai batas-batas mana cara liberal itu boleh dijalankan" (Surat Kartini kepad Stella, 18 Agustus 1899).
Kartini memahami bahwa setiap manusia sederajat dan mereka berhak untuk mendapat perlakuan yang sama. Kartini menolak adat Jawa yang membedakan manusia berdasarkan asal keturunannya.
Kebencian Kartini terhadap segala bentuk etiket yang diskriminatif, mendorongnya untuk mengintip nilai-nilai yang berlaku di kalangan teman-teman Belandanya. Kartini menganggap bahwa peradaban mereka lebih tinggi dibandingkan masyarakat Jawa. Hal ini terungkap dari petikan suratnya "Orang kebanyakan meniru kebiasaan orang baik-baik; orang baik-baik itu meniru perbuatan orang yang lebih tinggi lagi, dan mereka itu meniru yang tertinggi pula ialah orang Eropa" (Surat Kartini kepada Stella, 25 Mei 1899).
Tak salah jika Kartini memiliki kesimpulan seperti itu. Penjajah Belanda telah berhasil menanamkan rasa rendah diri kepada masyarakat pribumi. Diskriminasi yang dilakukan Belanda telah mengajarkan bahwa pribumi atau bangsa Timur adalah rendah dan bangsa Barat adalah mulia.
Kartini menyimpulkan bahwa pangkal kemunduran dan rasa rendah diri yang dialami oleh masyarakat adalah mundur dan minimnya pendidikan yang mereka rasakan. Kaum pribumi adalah kaum terbelakang dan bodoh. Pendidikan menjadi hak paten bagi kalangan ningrat dan para penjajah.
Titik tolak perjuangan Kartini diawali dengan membenahi pendidikan di kalangan pribumi, tak terkecuali kaum wanita. Kartini membuat nota yang berjudul "Berilah Pendidikan Kepada Bangsa Jawa" kepada pemerintah kolonial. Dalam nota tersebut, Kartini mengajukan kritik dan saran kepada hampir semua Departemen Pemerintah Hindia Belanda, kecuali Departemen angkatan Laut (Marine). Kartinipun merasa perlu untuk belajar ke Barat. "Aku mau meneruskan pendidikanku ke Holland, karena Holland akan menyiapkan aku lebih baik untuk tugas besar yang telah kupilih" (Surat Kartini kepada Ny. Ovink Soer, 1900).
Barat telah menjadi panutan dan kiblat Kartini untuk melepaskan diri dari kungkungan adat. "Pergi ke Eropa. Itulah cita-citaku sampai nafasku yang terakhir" (Surat Kartini kepada Stella, 12 Januari 1900). Namun cita-cita ini harus kandas di tangan para sahabat-sahabatnya yang tak menginginkan Kartini memiliki pemahaman lebih maju lagi.

Pergolakan Pemikiran Setelah Mengenal Islam

Sulit bagi Kartini untuk bertahan di lingkungan yang bertentangan dengan pemikirannya. Di tengah kuatnya kungkungan adat dan derasnya serangan pemikiran Barat, Kartini mencoba mencari jawaban.

Tahun-tahun terakhir sebelum wafat, Kartini menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanya an yang bergolak di dalam pemikirannya. Ia mencoba mendalami ajaran yang dianutnya, yaitu Islam. Ajaran Islam pada awalnya tak mendapat tempat di benak Kartini. Hal ini dikarenakan pengalaman yang tak mengenakkan dengan Sang ustadzah. Sang ustadzah menolak menjelaskan makna ayat yang sedang diajarkan.

"Mengenai agamaku Islam, Stella, aku harus menceritakan apa ? Agama Islam melarang umatnya mendiskusikannya dengan umat agama lain. Lagi pula sebenarnya agamaku karena nenek moyangku Islam. Bagaimana aku dapat mencintai agamaku, kalau aku tidak mengerti, tidak boleh memahaminya ? Al Quran terlalu suci, tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa apapun. Di sini tidak ada orang yang mengerti bahasa Arab.

Di sini orang diajar membaca Al Quran tetapi tidak mengerti apa yang dibacanya. Kupikir, pekerjaan orang gilakah, orang diajar membaca tapi tidak diajar makna yang dibacaya itu. Sama saja halnya seperti engkau mengajarkan aku buku bahasa Inggris, aku harus hafal kata demi kata, tetapi tidak satu patah kata pun yang kau jelaskan kepadaku apa artinya. Tidak jadi orang sholeh pun tidak apa-apa, asalkan jadi orang yang baik hati, bukankah begitu Stella ?" (Surat Kartini kepada Stella, 6 November 1899).

Namun, pertemuannya dengan kyai Haji Mohammad Sholeh bin Umar, seorang ulama besar dari Darat, Semarang, telah merubah segalanya. Kartini tertarik pada terjemahan Surat Al Fatihah yang disampaikan sang kyai. Kartinipun mendesak salah satu paman untuk menemaninya bertemu sang kyai. Berikut adalah petikan dialog antara Kartini dan Kyai Sholeh Darat, yang ditulis oleh Nyonya Fadhila Sholeh, cucu Kyai Sholeh Darat.

"Kyai, perkenankanlah saya menanyakan, bagaimana hukumnya apabila seorang yang berilmu, namun menyembunyikan ilmunya?". Tertegun Kyai Sholeh Darat mendengar pertanyaan Kartini yang diajukan secara diplomatis itu. "Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?" Kyai Sholeh Darat balik bertanya. "Kyai, selama hidupku baru kali ini aku sempat mengerti makna dan arti surat pertama, dan induk Al-Quran yang isinya begitu indah menggetarkan sanubariku. Maka bukan main rasa syukur hatiku kepada Allah, namun aku heran tak habis-habisnya, mengapa selama ini para ulama kita melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al_Quran dalam bahasa Jawa. Bukankah Al-Quran itu justru kitab pimpinan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?"

Setelah pertemuannya dengan Kartini, Kyai Sholeh Darat tergugah untuk menerjemahkan Al-Quran ke dalam bahasa Jawa. Pada hari pernikahan Kartini, Kyai Sholeh Darat menghadiahkan terjemahan Al-Quran (Faizhur Rohman Fit Tafsiril Quran), jilid pertama yang terdiri dari 13 juz, mulai dari surat Al-Fatihah sampai dengan surat Ibrahim. Mulailah Kartini mempelajari Islam dalam arti yang sesungguhnya. Tapi sayang tidak lama setelah itu Kyai Sholeh Darat meninggal dunia, sehingga belum selesai diterjemahkan seluruh Al Quran ke dalam bahasa Jawa.

Andai saja Kartini sempat mempelajari keseluruhan ajaran Islam (Al Quran) maka tidak mustahil jika ia akan menerapkan semaksimal mungkin semua kandungan ajarannya. Kartini sangat berani untuk berbeda dengan tradisi adatnya yang sudah terlanjur mapan. Kartini juga memiliki modal ketaatan yang tinggi terhadap ajaran Islam. Pada mulanya beliau adalah sosok paling keras menentang poligami. Tetapi setelah mengenal ajaran Islam, beliau mau menerimanya.

Upaya Meneladani Kartini

Upaya untuk menerjemahkan perjuangan Kartini oleh kaum wanita sekarang ini nampaknya telah melampaui batas. Petikan surat Kartini berikut ini menegaskan kesalahan penterjemahan kaum wanita Indonesia.

"Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama" (Surat Kartini kepada Prof. Anton Dan Nyonya, 4 Oktober 1902).

Tak ada sepatah katapun dalam surat tersebut yang mengajarkan wanita untuk mengejar persamaan hak, kewajiban, kedudukan dan peran agar sejajar dengan kaum pria. Kartini memahami bahwa kebangkitan seseorang ditandai oleh kebangkitan cara berfikirnya. Kartini mengupayakan pengajaran dan pendidikan bagi wanita semata-mata demi kebangkitan berfikir kaumnya agar lebih cakap menjalankan kewajibannya sebagai seorang wanita.

Atas nama perjuangan Kartini, para wanita justru terjebak pada nilai-nilai liberalisasi dan ide-ide Barat yang justru ditentang oleh sang pahlawan. Perjuangan yang kini dilakukan oleh para feminis, pembela hak-hak wanita sangat jauh dari ruh perjuangan Kartini. Kartini tidak menuntut persamaan hak dalam segala bidang. Kartini hanya menuntut agar kaum wanita diberi hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Tak lebih dari itu.
Kartini bertekad untuk menjadi seorang muslimah yang baik dengan memenuhi seruan Surat Al Baqarah ayat 193. Minazh-Zhulumaati ilan Nuur yang berarti dari gelap kepada cahaya telah mendoronganya untuk merubah diri dari pemikiran yang salah kepada ajaran Allah. Tak berlebihan jika kita menyimpulkan bahwa tujuan Kartini adalah mengajak setiap wanita untuk menjadi muslimah yang memegang teguh ajaran agamanya.
"..., tadinya kami mengira bahwa masyarakat Eropa itu benar-benar satu-satunya yang paling baik, tiada taranya. Maafkan kami, tetapi apakah ibu sendiri menganggap masyarakat Eropa itu sempurna ? dapatkah ibu menyangkal bahwa di balik hal yang indah dalam masyarakat ibu terdapat banyak hal-hal yang sama sekali tidak patut disebut sebagai peradaban?" (Surat Kartini kepada Ny. Abendanon, 27 Oktober 1902).