Kamis, 21 Mei 2009

Universitas Negeri: Penghasil Koruptor Terbesar


logo_ui.pngUniversitas Indonesia selalu membanggakan dirinya sebagai salah satu universitas terbaik di Indonesia, sebuah pernyataan yang memang tidak salah. Universitas Indonesia begitu bangga karena banyak lulusannya yang menjadi pejabat, mereka bangga karena banyak lulusannya jadi menteri ini, menteri itu, Dirjen ini, dan Dirjen itu sehingga tidak heran apabila sebagian besar murid Sekolah Menengah Atas (SMA) di Jakarta bermimpi untuk bisa berkuliah di universitas tersebut. Begitu juga dengan universitas negeri lainnya, mulai dari Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gajah Mada, hingga Universitas Padjajaran bangga karena telah banyak menghasilkan petinggi negara bagi Indonesia. Tapi tidak ada satu universitas negeripun yang mau dengan jujur mengakui bahwa mereka adalah penghasil koruptor terbesar di negeri ini. Memprihatinkan.

Tidak bisa dipungkiri bangsa ini harus berterima kasih kepada para universitas negeri yang telah memberikan lulusan-lulusan berkualitas kepada masyarakat. Para lulusan terbaik telah dihasilkan untuk turut membangun bangsa ini, tapi membangun bangsa ini ke arah mana?

logoitb.gifSeperti yang kita semua tahu, bangsa ini adalah salah satu bangsa terkorup di dunia. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam sebuah artikel di situsnya menyebutkan bahwa Indonesia berada di ranking lima negara paling korup di dunia berada satu level dengan negara-negara seperti Bangladesh, Nigeria, Burma, Haiti, Angola, Azerbaijan, Kamerun, dan Tajikistan. Sebagai anak bangsa, saya benar-benar malu melihat kenyataan bahwa Indonesia, negara yang begitu kaya raya, disamakan dengan negara seperti Bangladesh atau Haiti. Tanpa bermaksud mengecilkan negara-negara tersebut, tapi akal sehat saya mengatakan bahwa bangsa Indonesia jauh lebih “diberkati” oleh Tuhan dengan kekayaan alam yang begitu melimpah ruah. Koes Plus lewat lagunya menggambarkan betapa luar biasanya kekayaan alam kita, “Kata orang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman.” Ini tanah surga Bung!

Apabila para universitas negeri mengaku bahwa mereka adalah pemasok utama pejabat tinggi bagi Indonesia maka pada saat yang bersamaan mereka seharusnya dengan gagah berani juga mengakui bahwa mereka adalah pemasok utama koruptor bagi negeri ini, seperti para pejabat di negeri ini yang tidak malu-malu, karena mungkin sudah tidak punya malu, melakukan praktek korupsi.

logo_unpad.jpgUniversitas negeri sebenarnya bukan satu-satunya pihak yang harus disalahkan, universitas swasta sebagai pusat pendidikan bagi generasi muda Indonesia, yang sayangnya juga tampak diam-diam saja melihat praktek korupsi seakan-akan korupsi memang sudah menjadi fenomena biasa di Indonesia, juga memiliki kewajiban untuk memperbaiki mental bangsa. Tapi menurut saya para universitas negeri memiliki kewajiban tidak tertulis untuk menjadi pelopor terjadinya gerakan anti korupsi di Indonesia, toh namanya juga universitas negeri. Universitas negeri seharusnya sadar bahwa pendidikan adalah solusi jangka panjang paling efektif untuk memberantas praktek korupsi, karena menjadi seorang koruptor bukan tentang masalah pintar atau tidaknya seseorang tapi lebih merupakan masalah karakter atau mental.

Saran saya bagi universitas negeri adalah menciptakan kelas atau mata kuliah baru bagi seluruh fakultas yang dimiliki. Sebut saja “Pelajaran Anti Korupsi” dimana melalui pelajaran tersebut para mahasiswa diajarkan betapa menjijikannya praktek korupsi di dalam sebuah bangsa yang begitu miskin dan tertinggal seperti Indonesia ini. Ciptakan sebuah pelajaran atau kurikulum terpadu yang dapat mengajarkan kepada para mahasiswa bahwa kedamaian hati jauh lebih penting dari kedamaian materi.

Bravo Indonesia

Kamis, 07 Mei 2009

YAHUDI PRA ISLAM DI JAZIRAH ARAB




YAHUDI PRA ISLAM DI JAZIRAH ARAB

Tidak banyak sumber sejarah yang menjelaskan asal-usul keberadaan Yahudi di jazirah Arab terutama wilayah Hijaz yang meliputi Mekah, Madinah, Thaif, Khaibar, Fadak, Taima dan sekitarnya. Sumber sejarah yang ada, terbatas pada beberapa catatan sejarawan muslim, yang berarti penulisannya dilakukan setelah kedatangan Islam. Sementara catatan sejarah sebelum Islam, bisa dikatakan sangat langka. Itupun terbatas pada ungkapan para penyair dalam puisi-puisi mereka. Alhasil, permulaan kedatangan masyarakat Yahudi ke Hijaz tidak dapat dipastikan, karena tidak didukung data dan fakta yang memadai.

Namun berbagai indikator menunjukkan, keberadaan masyarakat Yahudi di tanah Hijaz sudah berlangsung sejak lama. Kondisi politik yang tidak di stabil di Palestina sejak penyerangan Babilonia hingga Romawi, mendesak masyarakat Yahudi mencari perlindungan bahkan pemukiman baru di pelbagai daerah, terutama daerah-daerah yang memiliki hubungan langsung dengan Palestina, seperti Hijaz. Selain faktor politik di Palestina, kesuburan tanah di beberapa wilayah Hijaz, seperti Yatsrib (Madinah), Khaibar, Taima, Wadi al-Qura dan Fadak, mendorong masyarakat Yahudi untuk menjadikannya sebagai alternatif pemukiman baru bagi mereka (Jawad Ali : 3675).

Aspek Sosial Politik

Di pemukiman baru tersebut, masyarakat Yahudi hidup berdampingan dengan pribumi yang telah lebih dulu tinggal di tempat itu. Kondisi ini memaksa mereka melakukan penyesuaian dengan budaya dan tradisi lokal. Meskipun di Madinah, Khaibar dan Wadi al-Qura, mereka berhasil mendominasi berbagai aspek kehidupan tapi mereka tetap tidak dapat menghindari tuntutan-tuntutan pragmatis di tempat baru.

Cara berpakaian dan nama mengikuti tradisi Arab. Samuel bin Yazid, Zubair bin Batha, Sallam bin Misykam, Huyay bin Akhthab, adalah nama-nama tokoh Bani Qainuqa` dan Bani Nadhir. Komunikasi sehari-haripun menggunakan bahasa Arab, meskipun masih ada pengaruh aksen Ibrani. Bahkan sebagian dari kalangan Yahudi dikenal pandai berpuisi dalam bahasa Arab, diantaranya adalah Ka`b bin Sa`d al-Qurazhi, Sarah al-Qurazhiyah, Rabi` bin Abi al-Huqaiq dan Ka`b bin Asyraf (Jawad Ali: 3738).

Tidak hanya bahasa dan budaya, pernikahan antara etnik Bani Israil dan Arab juga tidak dapat dihindari. Ka`b bin Asyraf adalah contohnya. Menurut salah satu riwayat, ayahnya adalah keturunan Arab Thai’ sedangkan ibunya berdarah asli Bani Israil. Jawad Ali memberi alasan, perkawinan silang antar etnik ini dapat terjadi karena –antara lain—sejumlah orang Arab memeluk agama Yahudi.

Ketika masyarakat Yahudi tiba di Madinah, sejumlah kabilah Arab kecil telah mendiami kota tersebut. Namun demikian, klan-klan besar Yahudi, seperti Bani Nadhir, Bani Quraizhah dan Bani Qainuqa` berhasil menempati tempat-tempat strategis. Daerah `Awali (Wadi Mudzainib), Wadi Mahzur dan Wadi Buth-han yang merupakan sumber air di Madinah, berhasil dikuasai. Selain tanah, mereka juga menguasai perdagangan. Pasar Bani Qainuqa` menjadi pasar paling ramai dan lengkap, sekaligus jantung perekonomian Madinah.

Sejak kedatangan Aus dan Khazraj, dua klan Arab berasal dari Azd (Yaman), dominasi Yahudi di Madinah mulai pudar. Aus dan Khazraj berhasil menggeser posisi Yahudi meskipun tidak dapat menguasai daerah-daerah subur yang menjadi pemukiman dan kebun mereka.

Kehadiran Aus dan Khazraj yang mengancam hegemoni dan stabilitas masyarakat Yahudi tidak disikapi secara konfrontatif. Masyarakat Yahudi lebih mengutamakan perlindungan internal dengan membangun bangunan-bangunan kokoh di daerah pemukimannya dalam bentuk benteng, atham (semi benteng) dan ratij (rumah berdinding tanah liat). As-Samhudi –dalam kitab Wafa’ al-Wafa—menyatakan terdapat lebih dari 59 atham dan ratij milik Yahudi di Madinah.

Di dalam batas lingkungan eksklusif itulah, masyarakat Yahudi melakukan segala aktivitas yang terkait antara sesama meraka, sehingga kondisinya mirip dengan komunitas Ghetto yang identik dengan budaya masyarakat Yahudi di seluruh penjuru dunia semasa diaspora.

Dalam berhubungan dengan komunitas lain di Madinah, masyarakat Yahudi tampaknya lebih bersikap pragmatis. Perpecahan di kalangan internal Yahudi mendorong mereka untuk membangun aliansi dengan masyarakat Arab guna memperkuat posisinya. Bani Qainuqa` beraliansi dengan Khazraj, sedangkan Bani Nadhir dan Bani Quraizhah beraliansi dengan Aus (al-Syarif: 267).

Perpecahan internal Yahudi bukan semata-mata strategi jitu mereka untuk memecah belah kekuatan Aus dan Khazraj yang menjadi rival mereka. Sekalipun secara tidak langsung, tujuan tersebut tercapai. Pada kenyataannya, klan-klan Yahudi itu memang pecah, terutama setelah menapaki puncak kekuasaan di Madinah. Bani Nadhir dan Bani Quraizhah memandang status mereka lebih terhormat daripada Bani Qainuqa`. Kedua klan Yahudi tersebut berasal dari garis keturunan al-Kahin (Cohen), keturunan Nabi Harun as yang dikenal relijius dan sangat terhormat (Ibn Hisyam: 2/202).

Aspek Ekonomi

Sejak sebelum kedatangan Aus dan Khazraj hingga masa Islam. Yahudi Madinah tetap menguasai perekonomian kota tersebut. Bani Nadhir dan Bani Quraizhah menguasai tanah-tanah tersubur, sedangkan Bani Qainuqa` mengusai pasar terbesar. Kemahiran masyarakat Yahudi dalam bercocok tanam yang diwarisi dari Palestina juga mereka terapkan. Begitu juga kelihaian membuat perhiasan, pakaian, baju perang, senjata, alat-alat pertanian dan profesi lainnya semakin mengokohkan dominasi mereka atas perekonomian Madinah.

Perdagangan valuta dan praktik riba juga dikenal luas di Madinah. Dalam hal ini, tokoh-tokoh Yahudi dan Arab memainkan peran yang sama. Bunga riba yang dibebankan kepada peminjam kadang-kadang lebih besar dari jumlah utang, sehingga menciptakan kesenjangan sosial dan memicu banyak konflik (al-Syarif: 301-302).

Hubungan dagang para saudagar Yahudi Madinah dan Khaibar terjalin dengan baik. Letak Madinah sebagai transit kafilah-kafilah dagang Quraisy yang bertolak menuju pasar-pasar besar di Gaza dan Syam tentu dimanfaatkan dengan baik oleh para pedagang domestik Madinah. Begitu juga Khaibar yang terletak di persimpangan jalan dagang kafilah-kafilah Ghathafan dan beberapa kabilah Najed lainnya.

Aspek Pendidikan dan Keagamaan

Lingkungan eksklusif masyarakat Yahudi di Madinah menjadi tempat ideal untuk mengembangkan pendidikan dan tradisi keagamaan. Lembaga pendidikan Yahudi di Madinah dikenal dengan nama Bait al-Midras yang berasal dari bahasa Ibrani, Midrash, yang berarti kajian dan penjelasan teks-teks kegamaan. Tampaknya, Midras juga berfungsi sebagai tempat ibadah dan pertemuan penting untuk membahas masalah-masalah agama (Jawad Ali: 4876).

Meskipun orang-orang Yahudi tidak tertarik menyebarkan agama, tapi bukan berarti tidak ada orang Arab yang memeluk Yahudi. Kondisi sosial yang majemuk, kebutuhan pragmatis yang berkaitan dengan ekonomi dan keamanan, serta faktor-faktor lainnya, membuat orang-orang Yahudi berkepentingan dengan adanya orang-orang Arab yang memeluk agama mereka. Namun perlu dicatat, pilihan memeluk agama Yahudi ini dilakukan oleh individu-individu dan tidak ada fakta yang menyebutkan perpindahan agama secara masif yang dilakukan oleh satu kabilah Arab secara bersama-sama (al-Syarif: 248).

Sabtu, 02 Mei 2009

نبذة عن اللهجة الليبية Abstract of Libyan Dialect


نبذة عن اللهجة الليبية Abstract of Libyan Dialect

هي لهجة عربية تستخدم في ليبيا. تنقسم تقسيما جغرافياً إلى: شرق، وغرب، وسط، وجنوب. هذه التـقسيمات الجغرافية تحتمل أكثر من لهجة في داخلها، حتى على صعيد المناطق.

يصنف علماء اللغويات اللهجة الليبية ضمن اللهجات البدوية الصرفة و يجعلونها في فئة ما بعد الهلالية و هي تعرف عندهم باللهجة السلمية نسبة إلى قبائل بني سليم بن منصور و التي استوطنت ليبيا وتتميز اللهجة الليبية بشقيها بنطق الحرف (ق) كالجيم المصرية أو الحرف اللاتيني(G) ( مثلا: قذافي = غذافي/ Gaddafi أو قرقارش = (Gargareshواستخدام حرف (ن) بدلاً من الاف في كلام المتحدث فبدلا من (أريد) تنطق (نريد). تمثل اللهجة الليبية حلقة وصلٍ بين لهجات الشرق العربية بسهولتها وانفتاحها، ولهجات المغرب العربي بانغلاقها وحدتها. بشكلٍ عام تتمتع اللهجة الليبية بمخارج حروف واضحة/ صافية ، و هناك الكثير من الخصائص التي عرفت بها لهجات العرب في الجاهلية متواجدة في اللهجة الليبية لا سيما من ناحية مخارج بعض الحروف كمثل نطقهم للقاف جيما مصرية او ما تعرف بالقاف البدوية ، و نطق الكثير من قبائلهم خصوصا في الشرق و الوسط القاف المحققة غينا و البعض ينطق الكاف قريبة من الشين و الغين المتبوعة بحرف حلقي قريبة من الغين . بعض الحروف عند التقائها يتغير نطقها إلى الحرف الأقوى، فـ(جنزور) تتحول على الألسن الليبية إلى (زنزور)/ و(جوز) بمعنى ثنائي أو اثنان إلى (زُوُز)/ و(الجازية) إلى (الزازية)، أو الاتكاء على السماعي فـ(إسماعيل) تتحول إلى (إسماعين) و(جبريل) إلى (جبرين) ، ومما نلاحظ على اللهجة الليبية خلوها من الكلمات الأجنبية، فهناك حضور محتشم للغة الإيطالية ولا نراه إلى في مجموعة من التسميات تخص بعض الأدوات المنزلية (كاشيك=ملعقة/ فركيتا-شوكا/ كوجينا=مطبخ/ لوفندينو= حوض الغسيل...) ومسميات الأماكن (سبيتار=مستشفى/ كياس=طريق/ جردينا=حديقة/ مرشا بييدي= رصيف...) وأيضاً قطع السيارات والميكانيكا وهي كثيرة مقارنة بالكلمات الإيطالية في اللهجة الدارجة (فرينو= فرامل/ شراتوري=المعجل/ فرينو مانو= فرامل اليد/ كوشينيتي= المدحرجات/ كمبراسوري= ضاغط/ جمويستي= مصلح الإطارات...)، ومن أشهر الالفاظ الليبية كلمة (باهي) وتعني حسناً او جيد، كما تتميز باطلاق اسم الضد تفاؤلاً فيطلق على الفحم اسم (البياض)، وعلى الاعمى (البصير) وفي المنطق الشرقية و الوسطى تسمى النار (العافية). و هناك أيضاً كلمه ( كَي ) اي نتن أو شيء غير صالح وهي مستخدمه في الاصابعه شعبيه غريان حيث أنها كلمه غريبه لمعظم الليبيين ! و هناك ميزة خاصة في اللهجة الليبية وهي احتوائها على كم هائل من المفردات فلا يوجد اسم او فعل او ظرف الا وله الكثير من المرادفات التي قد تستخدم بدلا عنه و كلها من العربي الصريح مثلا الانف

-1 خشم 2- خرطوم 3- عرنين 4 - منقار .. و غيرها و هي من أكثر اللهجات العربية فصاحة لعدم اختلاط الليبيين بالاستعمار او العرقيات الاخرى عدا الاستعمار الايطالي و لا غرو فاللهجة الليبية لهجة شعر شعبي و تحوي عشرات الالاف من القصائد الشعرية التي تؤلفها قبائلها التي طبعت البلاد بطابعها البدوي . الا ان من اروع ميزات هذه اللهجة هي احتوائها على مفردات و افعال في صيغ المصدر وردت في القواميس دون المصدر مما يوحي بعراقة هذه اللهجة الكبيرة فمثلا :

سقّم الشئ : عدله و ساواه

السقيم : المعتدل السويّ

و هذا المصدر لا يوجد في القواميس رغم انه المصدر لكثير من الاشتقاقات من مثل مستقيم و استقامة

صبّى : وقف منتصبا

و هذا المصدر غير موجود في القواميس بهذه الصيغة ، رغم ان منه اشتقاقات كثيرة منها : الصبو و يعنى الفتوة ، و الصبيّ : ويعنى الفتى ، و الفعل يصبو : و يعنو يرفع عينيه إلى شئ عالي

و لعل نظرة إلى بعض اوصاف الخيل و مقارنتها بمعاني الحصون يعطي الصورة المنشودة :

الكوت : الحصان القوي و تعني في القواميس الحصن

الحصان : هو الجواد الذكر في مرحلة البلوغ و الحصن في القواميس معروف المعنى

القليعة : الفرس القوية الاصيلة و تعني في القواميس الحصن

سورية:وتعني القميص و هذه الكلمة لا توجد في اي لغة الا اللغة المصرية القديمة.

و سنفهم عمق هذه المقارنة اذا علمنا ان الخيل في الجاهلية كانت هي حصون العرب الوحيدة و قلاعهم في بواديهم المفتوحة

رغم تداخل اللهجات الليبية مع بعضها البعض الا انه قد يمكن التجاوز بتقسيمها إلى ثلاثة مناطق رئيسية

اللهجة الشرقاوية

هي التي يتحدث بها سكان الجزء الشرقي من ليبيا إبتداء من أمساعد شرقا وحتى السدرة غربا إلى الكفرة جنوبا.

وهي اقرب إلى اللهجة المحكية في غرب مصر كالسلوم لان اغلب البدو سكان الصحراء الغربية من اصول ليبية. وتتميز هذه اللهجة بالمط في الحروف كلما اتجهنا شرقاً وهي لهجة بدوية قريبة للهجة المحكية في بادية الأردن وقريبة للهجة المحكية في الخليج .

واشهر كلماتها و هي مستعملة بطبيعة الحال في المنطقة الوسطى كلمة (واجد) بمعنى كثير، و( باتي) بمعنى ابي.

لفظ (كنّك) بمعنى ما باللك، وكلمة (نا بيدي) اي انا شخصيا.

يا راج = يا رجل

كامة ينعلى بمعنى ويلى

الصبايا للنساء والولية للمرأة

لهجة المنطقة الوسطى

وبعض قبائل المنطقة الغربية الذي ترجع اصولهم لقبائل بني سليم وبني هلال ، تشبه لهجة بدو الأردن. وهي لهجة بدوية صرفة لان اغلب سكان المنطقى الوسطى من اصول عربية من بني سليم وبالتالي هي اقرب إلى لهجة بدوالجزيرة العربية والخليج العربي. وتتحدث بهذه اللهجة القبائل الممتدة ما بين البريقة شرقا و زليطن غربا و من الخليج حتى مدينة سبها جنوبا ، و تتميز بوضوح مخارجها كنطق الذال و الثاء . و يستعملون مفردات مثل واجد = كثير الفتا = الولد او البنت ردغة = طين

اللهجة الغرباوية

او الطرابلسية وهي اسرع في النطق واقرب للهجة المحكية في شرق تونيس وان كانت ابسط و اوضح من اللهجات التونسية الشرقية وهي مثأثرة نوعا ما خصوصا في مدينة طرابلس باللغة الإيطالية بدلا من الفرنسية. مع الاختلافات البسيطة بين سكان مدن المنطقة الغربية، فسكان مدينة الزاوية مثلا ، لهم اختلافات بسيطة و مميزة فيقال في الزاوية سيدي بمعنى ابي ويقال يملخ ملابسه بمعنى ينزع ملابسه وسكان جبل نفوسة الامازيغ لهم لغتهم المميزة.

وتتميز اللهجة بكلمة (هلبة) بمعنى كثير. (توة) بمعنى الان او سوف، (شن) بمعنى ماذا، (ايه) بمعنى نعم. (ندْهور) بمعنى اتفسح. (بوي) بمعنى أبي، (نبّي) بمعنى اريد، (هكي) بمعنى هكذا، (باش) لكي، بالإضافة إلى (نهدرز) بمعنى أحكي أو أتكلم. (صقع) : (البرد) وهي تحريف لـ(صقيع) كامة (سفرتح) تستعمل كناية عن رحابة الشى واتساعه كان يقال ارض سفرتح وعكسها ( شبردق) وهو ايضا يدل على الارض المسيجة باسلاك شائكة تعبير اخر كان يقال ( خيرك تبردى او تودرق) وهو بمعنى مالك تقول كلاما فى غير محله او موضعه.

بعض التعابير الشبابية الدارجة حديثاً

  • (صقع عليك)، وهي للتعبير عن كون الأمر ليس بالسهل . - حاجة صقع عليك (أي من الصعب عليك اقتناءه.
  • (فوته) تعني: دعك من هذا الشخص أو الأمر، ويقابلها في العربية (دعك منه).
  • فوته برابعة، بمعنى: دعك منه كما لو أنك تقود سيارة ومحول تروسها على الترس الرابع. ولا ننسى أن (فوته) تعني أيضاً تجاوزه، و(فوِّت) بمعنى مُر (أُعْـبُر).
  • (خط عليه) وتعبيرياً هي أقوى من (فوته) فـ(خط) تطالب السامع بأن يقوم بالخط فوق المعني (من معنى أن يتم الخط على الشي أو تسويده بالقلم)، فيقال:
  • خط عليه ببيرو أحمر (البيرو هو القلم).
  • فكّنا منه: دعنا منه.
  • (شج) وهي اختصار لكلمة (شنو الجو) ومعني الكلملة هي ( كيف الحال )مع انه عند تقسيم الكلمة ونطقها بمفردها تعني كلمة اخرى فكلمة ( شنو ) تعني ( ماذا ) وال(جو) تعني الطقس.
  • (مكسورة فيا ) وتعني انكسر الشي بداخلي وتطلق هذه الكلمة عند رغبة شخص في امتلاك شي ما ولكنه لم يستطع لحصول عليه و كأنه إنكسر سوء الحظ بداخله .
  • ( تمتيع) و تطلق على السيارة عندما تكون في وضع السرعة مع الزحلقة يمنا و يسرا بواسطة فرامل اليد.

قضه بمعنى فوته

زوى عليه الفيل بمعنى انتهى امره

ايسطرب و يجلجل بمعنى ينطلق بالسيارة بقوة

ينحى و يقشر بمعنى يختلس

يكحل بمعنى ينظر الى البنات

نو بمعنى حر جدا ويقال نو يقشر دلالة على حدته

لهجة قبائل البادية

و هى لهجة خالية من المفردات الدخيلة و مليئة بالالفاظ العربية القحة التى لا تجد معانيها الا في معاجم اللغة و لاتجدها مستخدمة الا في كتب الفقه أو في مفردات القرءان الكريم الغريبة و مفردات الحديث النبوى وهي نفسها المنتشرة في مدن وقرى الجنوب التونسي مثال ذلك :


مصنع و هو حوض الماء الحجرى ( و تتخذون مصانع لعلكم تخلدون)

حبل و هو قطعة الارض من الوادى(ماتركت جبلا و لا حبلا الا وقفت به

يارسول الله) وهو لفظ وارد بحديث رجل يتحدث عن يوم عرفة

ثمد عين الماء

حلاس رباط لربط قرب الماء

بردعة فراش يجلس عليه على ظهر الحمار

شسع خيط النعل

يجبر يصلح الكسر

مزن سحاب المطر (أفرأيتم الماء الذي تشربون ،،أأنتم أنزلتموه من المزن أم نحن المنزلون )

قربة محفظة للماء

شنة قربة قديمة

خور الوادى المتعرج

السدر و النبق نبات صحراوى و ثمره

يحدر ينزل من مكان مرتفع

تقفى اتى من وراء

ضحضاح ارض رقيقة مستوية (انه في ضحضاح من النار) في قول رسول الله صلى الله عليه وسلم في عمه ابى طالب

سافي الرمل الرقيق الناعم

الردغ و تعني الطين المختلط بالماء و منها في حديث الرسول صلى الله عليه وسلم في شارب الخمر ( كان حقا على الله ان يسقيه من ردغة الخبال يوم القيامة ) و في رواية ( ان يسقيه الله من طين الخبال ). والله أعلم

Jumat, 01 Mei 2009

Islam di Israel Berjuang Tegakkan Eksistensi


Bicara mengenai Israel, segera terbayang konflik berkepanjangan dengan umat Muslim Palestina serta pertikaian dengan sejumlah negara Islam di Timur Tengah.Akan tetapi, di dalam negeri Israel sendiri, sejatinya terdapat komunitas Muslim yang hidup di antara warga Yahudi. Umat Islam di Israel ini juga gencar menuntut persamaan hak.

Saat ini, warga Arab Israel mencakup 20 persen atau 1,2 juta jiwa dari populasi penduduk yang berjumlah sekitar 6,6 juta jiwa. Sekitar 85 persen dari warga Arab Israel itu adalah Muslim, selebihnya Kristen dan Arab Yahudi.Dan, sekian lama, telah muncul pertanyaan penting, bagaimana eksistensi umat Muslim di sana, kini, dan masa depan?

Gaung pertanyaan kian kencang saat terjadi pergerakan politik, sosial, dan keagamaan yang lebih intens dari komunitas Muslim. Ini diawali pada era 80-an ketika berlangsung revolusi Islam di Iran.Seiring situasi tersebut, muncul kesadaran politik dan agama pada warga Muslim di Israel. Mereka mulai berani mendirikan lembaga dan organisasi sosial kemasyarakatan.

Tak hanya itu, kesadaran sebagai bangsa Arab dan umat Islam juga tumbuh pesat. Ini lantas ditandai dengan penolakan mereka untuk mengibarkan bendera Israel, tidak berpartisipasi pada perayaan hari besar negara, dan sebagainya. Di sisi lain, rasa simpati dan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina justru kian berkembang.

Umat Muslim Israel pun menuntut Israel agar pengungsi Palestina yang berada di sejumlah negara diperkenankan kembali ke Tanah Air-nya. Tentu saja, Pemerintah Israel menolak permintaan ini lantaran khawatir bahwa dalam hitungan beberapa tahun, hal itu bisa mengikis hegemoni Israel.Adapun terhadap keberadaan warga Muslim di Israel sendiri, mereka gencar menyuarakan persamaan hak. 'Israel haruslah negara yang mencakup segenap warga,' demikian bunyi permintaan itu.

Dengan kata lain, Israel semestinya tidak diasosiasikan sebagai negara Yahudi, tapi juga negara yang dihuni warga Arab dengan hak-hak dan pengakuan setara. Mereka pun hendaknya diperkenankan memiliki sistem pendidikan dan budaya sendiri, demikian pula rumah sakit ataupun universitas.

Sungguh, hal itu merupakan perjuangan yang berat. Mengingat, penduduk Israel hanya menganggap warga Arab Israel sebagai warga negara dan bukan bagian dari bangsa Israel. Warga Arab Israel, termasuk yang beragama Islam, dinilai bukan sebagai partner dalam aspek nasional.

Karena itulah, sejak dua dekade terakhir, terbangun identitas nasional yang 'baru' bagi mereka. Sebagian besar penduduk Muslim Israel lantas mengidentifikasi diri sebagai 'Warga Palestina di Israel'. Istilah ini lebih berasosiasi pada kedekatan wilayah. Adapun hubungan dengan Israel menjadi sebatas 'teknis semata'.Sehingga, kondisi ini setidaknya bisa menjelaskan mengapa warga Muslim tidak bergabung dalam Israel Defence Force (IDF) ketika banyak warga minoritas yang ikut serta?

Meski begitu, mereka masih bisa aktif di bidang lain. Ini disebabkan warga Muslim sebagai warga negara yang memperoleh hak sipil, seperti memberikan suara pada pemilu lokal dan nasional, punya perwakilan di Knesset (parlemen), pendidikan gratis di tingkat sekolah dasar dan menengah, kebebasan berserikat dan berpendapat, serta penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa mereka.

Tapi, bagaimana dalam keseharian? Tetap saja warga Muslim termarjinalkan. Pada bidang ekonomi, mereka lebih banyak merupakan warga miskin, sedikit mendapat peluang bekerja di kantor pemerintahan dan swasta, diberikan standar penilaian tes yang berbeda di sekolah, dan sebagainya.

Tapi, mereka masih punya kesempatan, terutama lewat wakilnya di parlemen, mereka berusaha mewujudkan masa depan yang lebih cerah. Ini terlihat ketika berlangsung pemilu beberapa waktu lalu. Pada saat itu, sejumlah partai Arab bersatu menghadapi partai sayap kanan yang bersikap anti-Arab.

Warga Muslim pun memberikan dukungan penuh kepada Dr Ahmad Tibi, anggota Knesset (parlemen Israel) dan pemimpin gerakan orang Arab bagi perubahan di Israel, yang telah banyak berjuang bagi perubahan nasib warga minoritas.Ia, misalnya, berperan meloloskan produk legislatif bagi pembangunan wilayah permukiman Arab di Israel yang sebagian besar miskin. Karena itu, peran Dr Tibi untuk mengangkat derajat warganya kembali diharapkan.

Tingkat kelahiran tertinggi
Keberadaan warga Muslim di Israel tak terlepas dari konflik yang berlangsung di Palestina tahun 1948. Usai deklarasi pembentukan negara Israel, orang-orang Yahudi mencaplok sebagian besar wilayah Palestina.Berdasarkan mandat Inggris, wilayah itu akhirnya terbagi tiga: wilayah Israel, kawasan Tepi Barat yang dikuasai Yordania, serta Jalur Gaza (Mesir). Akibat perang Arab-Israel, negara Yahudi itu merampas lebih banyak wilayah kediaman warga Arab Palestina.

Orang-orang Arab Palestina sudah menetap di sana sejak lama sejak Khalifah Umar bin Khatab RA menaklukkan Yerusalem tahun 637 M. Mereka datang dari berbagai negara, seperti Persia, Yaman, Mesir, dan banyak lagi.Di kawasan yang lantas diduduki Israel, terdapat sekitar 950 ribu warga Arab Palestina. Kemudian, sekitar 80 persennya memilih mengungsi karena intimidasi dan tinggal menyisakan 156 ribu jiwa.

Inilah cikal bakal warga Arab di Israel. Sebagian lagi adalah yang berasal dari Tepi Barat dan Jalur Gaza yang memperoleh kewarganegaraan Israel berdasarkan aturan unifikasi keluarga sehingga kian menambah jumlah mereka.Pertambahan itu masih berlangsung hingga kini. Warga Muslim di Israel tercatat memiliki tingkat kelahiran yang tinggi. Rata-rata per tahun, satu dari empat kelahiran bayi, adalah Muslim.

Kontan, ini memicu kekhawatiran di Israel bahwa dalam beberapa tahun ke depan, jumlah orang Yahudi bisa tersalip. Diperkirakan, jumlah warga Muslim bisa mencapai 2 juta jiwa atau 24-26 persen dari populasi dalam kurun 15 tahun. Warga Israel kemudian mengistilahkan 'bom waktu demografi' terhadap fenomena tersebut.

Sementara itu, secara demografi, sebanyak 52 persen warga Muslim tinggal di Kota Yerusalem. Adapun sisanya tersebar di 11 wilayah lain di Israel. Totalnya, ada sekitar 112 kawasan komunitas Arab dan Muslim yang 89 persennya mencakup lebih dari 2.000 jiwa.

Nazareth dikenal sebagai kota yang juga banyak dihuni warga Arab atau sekitar 65 ribu jiwa dengan 40 ribu-nya adalah Muslim. Sementara itu, kota warga Muslim adalah di Umm al Fahm dengan lebih dari 43 ribu Muslim, diikuti Kota Baqa Jatt dan Carmel City. yus/berbagai sumber


Perjuangan di Knesset (Parlemen)

Aryeh Eldad, seorang anggota Knesset (parlemen Israel), menganggapnya sebagai musuh. Sedangkan, yang lain menjulukinya sebagai 'sang pengkhianat'. Dialah Dr Ahmed Tibi, figur yang sedang menyita perhatian di kancah politik negara Zionis itu. Perjuangan tak kenal lelahnya di Knesset--demi memperjuangkan hak-hak warga Arab dan Muslim di sana--membuatnya menjadi figur favorit media massa setempat untuk dimintakan pendapatnya.

Seolah tak peduli dengan segala cap negatif dari para koleganya, dia terus melaksanakan apa yang menjadi keyakinannya. Dia ditunjuk sebagai juru bicara Knesset, tapi tetap memasang foto mantan pemimpin Palestina Yasser Arafat bersandingan dengan bendera PLO di dinding kantornya.

Mengutip situs IsraelNN.com, Dr Tibi (yang bernama lengkap Ahmed al-Tibi) terlahir di Taibe, kota berpenduduk mayoritas Arab di Israel tengah, pada tahun 1958. Ketika itu, wilayah ini masih berupa kawasan konsentrasi warga Arab di bawah pengawasan militer Israel usai perang tahun 1948.Tibi tercatat menempuh pendidikan kedokteran di Hebrew, Universitas Yerusalem. ''Saya merampungkan studi secara terhormat di tahun 1983 dengan menempati peringkat pertama di kelas,'' katanya.

Setahun kemudian, dia bekerja di bagian ginekologi di Hadassah Har Hatzofin, Yerusalem. Di tahun itu pula, Tibi pertama kali bertemu Yasser Arafat di Tunis. Kala itu, pemimpin PLO ini sedang diasingkan dari Lebanon usai Perang Lebanon pertama sehingga bertemu Arafat bisa dianggap pelanggaran hukum oleh Israel.

Beberapa saat setelah dipecat dari Hadassah, Tibi menekuni bidang politik. Dirinya menjadi sosok penting yang menjembatani hubungan antara organisasi sayap kiri Israel dan PLO.Tahun 1993, Arafat menunjuknya sebagai penasihat khusus untuk proses perdamaian dan masalah-masalah Israel. ''Saya pun langsung mengatur pertemuan antara Yasser Arafat dan Yitzchak Rabin,'' ujarnya lagi.

Pada tahun 1995, Tibi membentuk partai Arab, Ta'al. Di tahun 1999, dia terpilih menjadi anggota Knesset. 'Perjuangan' pun dimulai.Bersama sejumlah anggota parlemen dari unsur warga Arab, Dr Tibi gencar menyuarakan aspirasi warga minoritas Arab (termasuk Muslim) yang kerap diperlakukan tidak adil dan tidak menikmati pelbagai kemudahan yang diterima orang Yahudi. Dia, misalnya, pernah mendesak agar digelar penyelidikan terhadap polisi yang bertindak brutal terhadap warga Arab.

Pun, terhadap perjuangan bangsa Palestina, dia tidak mengendurkan dukungan. Pada 11 Januari 2007, Tibi berpartisipasi dalam perayaan 42 tahun berdirinya organisasi Fatah di Ramallah. Dalam kesempatan itu, dia berseru agar Fatah meneruskan perlawanan terhadap Israel 'hingga seluruh tanah Palestina dikuasai kembali'.

Menurut Dr Luthfi asy-Syaukanie, dosen Universitas Paramadina Mulya, Jakarta,, cita-cita berdirinya dua negara, Israel dan Palestina, di wilayah itu memang menjadi kekhawatiran terbesar Israel.''Mereka takut menjadi minoritas karena bakal kalah jumlah dengan warga Arab Palestina,'' kata Luthfi yang pernah berkunjung ke Israel, Desember tahun lalu.Akan tetapi, lanjutnya, sejumlah pihak di sana mulai membuka kemungkinan dan menerima adanya dua negara tersebut. Kini, proses ke arah itu masih terus dilakukan.yus/kem


Data Warga Arab di Israel

Jumlah : 1.144.000 jiwa (20 persen populasi)
Persebaran : 270 ribu jiwa tinggal di Yerusalem timur dan Dataran Tinggi Golan (2006)
Bahasa : Arab dan Hebrew (Hebron)
Agama : Islam (85 persen), Kristen (8,5 persen), dan Druze (8,3 persen)