Minggu, 23 Agustus 2009

Aya Sofia Akulturasi Budaya Islam-Kristen




Pada masa dinasti Turki Utsmani, dibangun empat buah menara sebagai simbol Islam.

Kini namanya Museum Aya Sofia. Sebelum menjadi museum, bangunan ini dulunya adalah masjid. Dan sebelum menjadi masjid, ia adalah gereja yang bernama Haghia Sopia.

Usia bangunan ini sudah sangat tua, sekitar lima abad. Bangunan ini merupakan kebanggaan masyarakat Muslim di Istanbul, Turki. Keindahan arsitekturnya begitu mengagumkan para pengunjung. Karenanya, jika berkunjung ke Istanbul, belum lengkap tanpa melihat kemegahan Aya Sofia.

Tampak dari luar, pengunjung disuguhkan ukuran kubah yang begitu besar dan tinggi. Ukuran tengahnya 30 meter, tinggi dan fundamennya 54 meter. Ketika memasuki area bangunan, pengunjung dibuai oleh keindahan interior yang dihiasi mosaik dan fresko. Tiang-tiangnya terbuat dari pualam warna-warni. Sementara dindingnya dihiasi beraneka ragam ukiran.

Selain keindahan interior, daya tarik bangunan ini juga didapat dari nilai sejarahnya. Di sinilah simbol pertarungan antara Islam dan non-Islam, termasuk di dalamnya nilai-nilai sekuler pascaruntuhnya Kekhalifahan Turki Usmani.

Gereja
Sebelum diubah menjadi masjid, Aya Sofia adalah sebuah gereja bernama Hagia Sophia yang dibangun pada masa Kaisar Justinianus (penguasa Bizantium), tahun 558 M. Arsitek Gereja Hagia Sophia ini adalah Anthemios dari Tralles dan Isidorus dari Miletus.

Berkat tangan Anthemios dan Isidorus, bangunan Hagia Sophia muncul sebagai simbol puncak ketinggian arsitektur Bizantium. Kedua arsitek ini membangun Gereja Hagia Sophia dengan konsep baru. Hal ini dilakukan setelah orang-orang Bizantium mengenal bentuk kubah dalam arsitektur Islam, terutama dari kawasan Suriah dan Persia. Keuntungan praktis bentuk kubah yang dikembangkan dalam arsitektur Islam ini, terbuat dari batu bata yang lebih ringan daripada langit-langit kubah orang-orang Nasrani di Roma, yang terbuat dari beton tebal dan berat, serta mahal biayanya.

Oleh keduanya, konsep kubah dalam arsitektur Islam ini dikombinasikan dengan bentuk bangunan gereja yang memanjang. Dari situ kemudian muncullah bentuk kubah yang berbeda secara struktur, antara kubah Romawi dan kubah Bizantium. Pada arsitektur Romawi, kubah dibangun di atas denah yang sudah harus berbentuk lingkaran, dan struktur kubahnya ada di dalam tembok menjulang tinggi, sehingga kubah itu sendiri hampir tidak kelihatan. Sedangkan kubah dalam arsitektur Bizantium dibangun di atas pendentive--struktur berbentuk segitiga melengkung yang menahan kubah dari keempat sisi denah persegi--yang memungkinkan bangunan kubah tersebut terlihat secara jelas.

Bangunan gereja ini sempat hancur beberapa kali karena gempa, kemudian dibangun lagi. Pada 7 Mei 558 M, di masa Kaisar Justinianus, kubah sebelah timur runtuh terkena gempa. Pada 26 Oktober 986 M, pada masa pemerintahan Kaisar Basil II (958-1025), kembali terkena gempa. Akhirnya, renovasi besar-besaran dilakukan agar tak terkena gempa di awal abad ke-14.

Pengembangan Turki Usmani
Pada 27 Mei 1453, Konstantinopel takluk oleh tentara Islam di bawah pimpinan Muhammad II bin Murad II atau yang terkenal dengan nama Al-Fatih yang artinya sang penakluk. Saat berhasil menaklukkan kota besar Nasrani itu, Al-Fatih turun dari kudanya dan melakukan sujud syukur.

Ia pergi menuju Gereja Hagia Sophia. Saat itu juga, bangunan gereja Hagia Sophia diubah fungsinya menjadi masjid yang diberi nama Aya Sofia. Pada hari Jumatnya, atau tiga hari setelah penaklukan, Aya Sofia langsung digunakan untuk shalat Jumat berjamaah.

Sepanjang kekhalifahan Turki Usmani, beberapa renovasi dan perubahan dilakukan terhadap bangunan bekas gereja Hagia Sophia tersebut agar sesuai dengan corak dan gaya bangunan masjid.

Dalam sejarah arsitektur Islam, orang-orang Turki dikenal sebagai bangsa yang banyak memiliki andil dalam pengembangan arsitektur Islam ke negara-negara lainnya. Sementara dalam masalah keagamaan, orang-orang Turki terkenal sangat bijak, sebab mereka tidak memaksakan penduduk daerah taklukannya untuk masuk Islam, meskipun mereka berani berperang untuk membela Islam.

Karena orang-orang Turki yang beragama Islam cukup arif, maka ketika Gereja Hagia Sophia dialihfungsikan menjadi masjid pada 1453, bentuk arsitekturnya tidak dibongkar. Kubah Hagia Sophia yang menjulang ke atas dari masa Bizantium ini tetap dibiarkan, tetapi penampilan bentuk luar bangunannya kemudian dilengkapi dengan empat buah menara. Empat menara ini, antara lain, dibangun pada masa Al-Fatih, yakni sebuah menara di bagian selatan. Pada masa Sultan Salim II, dibangun lagi sebuah menara di bagian timur laut. Dan pada masa Sultan Murad III, dibangun dua buah menara.

Pada masa Sultan Murad III, pembagian ruangnya disempurnakan dengan mengubah bagian-bagian masjid yang masih bercirikan gereja. Termasuk, mengganti tanda salib yang terpampang pada puncak kubah dengan hiasan bulan sabit dan menutupi hiasan-hiasan asli yang semula ada di dalam Gereja Hagia Sophia dengan tulisan kaligrafi Arab. Altar dan perabotan-perabotan lain yang dianggap tidak perlu, juga dihilangkan.
Begitu pula patung-patung yang ada dan lukisan-lukisannya sudah dicopot atau ditutupi cat. Lantas selama hampir 500 tahun bangunan bekas Gereja Hagia Sophia berfungsi sebagai masjid.

Akibat adanya kontak budaya antara orang-orang Turki yang beragama Islam dengan budaya Nasrani Eropa, akhirnya arsitektur masjid yang semula mengenal atap rata dan bentuk kubah, kemudian mulai mengenal atap meruncing. Setelah mengenal bentuk atap meruncing inilah merupakan titik awal dari pengembangan bangunan masjid yang bersifat megah, berkesan perkasa dan vertikal. Hal ini pula yang menyebabkan timbulnya gaya baru dalam penampilan masjid, yaitu pengembangan lengkungan-lengkungan pada pintu-pintu masuk, untuk memperoleh kesan ruang yang lebih luas dan tinggi.

Museum
Perubahan drastis terjadi di masa pemerintahan Mustafa Kemal Ataturk di tahun 1937. Penguasa Turki dari kelompok Muslim nasionalis ini melarang penggunaan bangunan Masjid Aya Sofia untuk shalat, dan mengganti fungsi masjid menjadi museum. Mulailah proyek pembongkaran Masjid Aya Sofia. Beberapa desain dan corak bangunan yang bercirikan Islam diubah lagi menjadi gereja.

Sejak difungsikan sebagai museum, para pengunjung bisa menyaksikan budaya Kristen dan Islam bercampur menghiasi dinding dan pilar pada bangunan Aya Sofia. Bagian di langit-langit ruangan di lantai dua yang bercat kaligrafi dikelupas hingga mozaik berupa lukisan-lukisan sakral Kristen peninggalan masa Gereja Hagia Sophia kembali terlihat.

Sementara peninggalan Masjid Aya Sofia yang menghiasi dinding dan pilar di ruangan lainnya tetap dipertahankan.

Sejak saat itu, Masjid Aya Sofia dijadikan salah satu objek wisata terkenal di Istanbul oleh pemerintah Turki. Nilai sejarahnya tertutupi gaya arsitektur Bizantium yang indah memesona.


Menjadi Inspirasi dalam Perkembangan Arsitektur Islam

Arsitektur Islam dapat dikatakan identik dengan arsitektur masjid. Sebab, ciri-ciri arsitektur Islam dapat terlihat jelas dalam perkembangan arsitektur masjid. Salah satu masjid yang gaya arsitekturnya banyak ditiru oleh para arsitek Muslim dalam membangun masjid di berbagai wilayah kekuasaan Islam adalah Masjid Aya Sofia di Istanbul, Turki.

Desain dan corak bangunan Aya Sofia sangat kuat mengilhami arsitek terkenal Turki Sinan (1489-1588) dalam membangun masjid. Sinan merupakan arsitek resmi kekhalifahan Turki Usmani dan posisinya sejajar dengan menteri.

Kubah besar Masjid Aya Sofia diadopsi oleh Sinan--yang kemudian diikuti oleh arsitek muslim lainnya--untuk diterapkan dalam pembangunan masjid.

Salah satu karya terbesar Sinan yang mengadopsi gaya arsitektur Aya Sofia adalah Masjid Agung Sulaiman di Istanbul yang dibangun selama 7 tahun (1550-1557). Seperti halnya Aya Sofia, masjid yang kini menjadi salah satu objek wisata dunia itu memiliki interior yang megah, ratusan jendela yang menawan, marmer mewah, serta dekorasi indah.

Dalam sejarah arsitektur Islam, orang-orang Turki dikenal sebagai bangsa yang banyak memiliki andil dalam pengembangan arsitektur Islam hingga ke negara lainnya. Misalnya Dinasti Seljuk yang menampilkan tiga ciri arsitektur Islam, khususnya arsitektur masjid.

Pertama, Dinasti Seljuk tetap mengembangkan konsep mesjid asli Arab, dengan lapangan terbuka di bagian tengahnya. Kedua, konsep masjid madrasah dan berkubah juga dikembangkan. Ketiga, mengembangkan konsep baru setelah berkenalan dengan kebudayaan Barat, terutama pada masa Dinasti Umayyah.

Ketika orang-orang Turki memperluas kekuasaannya atas dasar kepentingan ekonomi dan militer pada abad ke-11, mereka akhirnya bisa menguasai Bizantium.

Saat kebudayaan Islam bersentuhan dengan kebudayaan Eropa di Kerajaan Romawi Timur (Bizantium/Konstantinopel) pada abad ke-11, arsitektur Islam juga menimba teknik dan bentuk arsitektur Eropa, yang tumbuh dari arsitektur Yunani dan Romawi. Sebaliknya, teknik dan bentuk arsitektur Islam yang dibawa oleh bangsa Turki juga disadap oleh bangsa Romawi untuk dikembangkan di Kerajaan Romawi Timur.

Akibat adanya kontak budaya antara orang-orang Muslim Turki dan budaya Nasrani di Eropa Timur inilah, arsitektur Islam yang semula hanya mengenal atap bangunan rata dan bentuk kubah, kemudian mulai mengenal atap meruncing ke atas. Selain itu, sejak bersentuhan dengan kebudayaan Kerajaan Romawi Timur ini juga, arsitektur Islam mulai mengenal arsitektur yang bersifat megah, berkesan perkasa, dan vertikalisme. dia/berbagai sumber

Jumat, 21 Agustus 2009

Kiat Mengefektifkan Bulan Ramadhan bagi yang Punya Hajat

Sebagaimana diyakini oleh semua muslimin dan mukminin, bulan Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an, bulan pengampunan, bulan penuh berkah, bulan dibebaskannya orang-orang yang tersiksa dan sengsara.

Di bulan Ramadhan Allah swt menciptakan situasi dan kondisi yang paling istimewa yang keistimewaannya tak akan pernah tak dijumpai di bulan-bulan yang lain, yaitu: membuka pintu taubat yang paripurna, mengalirkan keberkahan yang istimewa, menurunkan karunia yang paling melimpah, memberi perlindungan, membebaskan orang-orang yang sengsara, dan sejenisnya.

Semua hal tersebut kita semua menyakini. Tapi, mengapa hal ini belum dirasakan oleh sebagian kita? Jawabannya tentu variatif walapun penyebab utamanya sama. Yakni kita mesti memperkuat keyakinan sebagai penyebab utama. Ini disepakati oleh pakar muslim maupun non-muslim, dalam nash-nash Islam maupun buku-buku motivasi.

Sebagai pengantar, saya akan kutipkan hasil penelitian para ahli Fisika Kuantum:
Pierre Franckh (Jerman) menyebutkan dalam bukunya “Law of Resonance”:
Melalui gelombang elektrik dan magnet yang dipancarkan oleh hati, keyakinan kita mengalami perubahan timbal-balik dengan dunia nyata.

Penelitian yang dilakukan oleh HearthMath Institute menunjukkan seberapa besar energi yang dipancarkan itu.
• Daya sinar elektrik dari hati (EKG) mencapai hingga 60 kali lebih kuat daripada sinyal elektrik yang dihasilkan oleh otak (EEG)
• Medan magnit dari hati bahkan 5.000 kali lebih kuat daripada yang ditimbulkan oleh otak.

Jadi, berdasarkan penelitian ini kita memancarkan jauh lebih banyak energi melalui hati ketimbang dari otak kita. Dan di hati tempat bersemayamnya keyakinan. Bahkan Allah swt menyatakan bumi dan semua isinya tak akan mampu menerima kehadiran-Nya kecuali hati seorang mukmin, yakni hati orang yang punya keyakinan.

Di sinilah letak peranan utama hati yang memancarkan energi keyakinan pada alam, dan disitulah ada sesuatu yang kita butuhkan.

Sekarang, kita bisa bayangkan jika di bulan Ramadhan semua orang mukmin dan kekasih Allah swt memancarkan energi gelombang yg istimewa ke alam eksternal, maka tentu kondisi alam berbeda dengan di bulan-bulan yang lain. Sekarang tinggallah kita menciptakan gelombang resonansi, agar bisa bergabung dengan para kafilah rohani.

Memang, mengkondisikan hati dan pikiran tidak semudah yang kita bicarakan. Karena itu butuh latihan dan kiat-kiat. Untuk melatih hati dan pikiran kita, cobalah kita lakukan langkah-langkah berikut:

Pertama: Usahakan berada dalam kondisi suci dari hadas.
Kedua: Usahakan dan biasakan bersedekah/berinfak sesuai kemampuan dengan niat yang ikhlas, khususnya saat memberikan.
Ketiga: Lakukan khalwat/’uzlah/meditasi setiap hari setidaknya antara 10 menit hingga satu jam. Tujuannnya merenungi dan mengevaluasi diri. Kiat ini sangat efektif untuk memperkuat energi golombang resonansi kita
Keempat: Membaca istighfar sebanyak 71 kali, kemudian akhiri dengan membaca tasbih sembilan kali. Lakukan kiat ini dengan khusuk dan fokus sehingga benar-benar dapat dirasakan gelombang resonansinya.
Kelima: Setelah benar-benar hati kita khusuk dan fokus, maka bacalah salah satu Asmaul Husna sesuai dengan hajat dan kebutuhan kita. Misalnya untuk taubat: Ya Ghaffâr dan Ya Tawwâb. Perlindungan: Ya Jabbâr dan Ya Qahhâr. Untuk ilmu: Ya’Alim ya Khabîr. Untuk Rizki: Ya Fattâh, ya Wahhâb, ya Razzâq, ya Mughnî.
Keenam: Pilih doa-doa di bulan Ramadhan sesuai dengan hajat dan kebutuhan kita. Doa-doa di bulan Ramadhan titik tekan maknanya bermacam-macam: Taubat, perlindungan, hajat, rizki, dan lainnya.

Petunjuk Imam Ali bin Abi Thalib (sa)
Untuk menjawab pengaduan orang yang ingin punya keturunan, Imam Ali bin Abi Thalib (sa) menyatakan: “Jika kamu ingin punya keturunan, berwudhu’lah secara sempurna, kemudian lakukan shalat dua rakaat secara baik. Setelah shalat sujudlah sambil membaca Istighfar sebanyak 71 kali, kemudian membaca doa …

Selanjutnya beliau berkata:
“Allah pasti memperkenankan keinginanmu, dan kamu jangan ragu dalam hal ini. Aku menyuruh kamu bersuci karena Allah swt berfirman: “Dia mencintai orang-orang yang bersuci.” (Al-Baqarah: 222); aku perintahkan kamu melakukan shalat, karena aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Keadaan seorang hamba yang paling dekat dengan Tuhannya adalah ketika Dia melihatnya dalam keadaan sujud dan ruku’; aku perintahkan kamu beristighfar karena Allah swt berfirman: “Berisighfarlah kamu kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu..” (Nuh: 10-11); dan Allah swt berfirman kepada Nabi-Nya: “Jika kamu beristighfar untuk mereka tujuh puluh kali, Allah tidak akan mengampuni mereka,” karena itu aku perintahkan kamu melebihi tujuh puluh kali.” (Mafatihul Jinan)

Dzikir Itu Taat Syariat

Oleh: Ust. Muhammad Arifin Ilham

Dzikir itu ingat. Awal dari dzikir itu gerak hati. Hanya hati yang beriman yang berdzikir (Al Ahzab: 41, Ar Ra'du 28). Orang beriman selalu berdzikir. Dimulai dari dzikir kemudian dilanjutkan dengan dzikir akal. Hati yang penuh dengan dzikir, akalnya itu membawa hikmah. Hikmah yang paling besar adalah semakin bertambah ilmunya dan semakin takut kepada Allah.

Ada orang yang bertambah ilmu tapi tidak bertambah hidayah padanya, malah tambah jauh kepada Allah. Ini karena memang ilmunya bukan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ilmunya hanya untuk dirinya, dunia, untuk statusnya, untuk duit.

Ini bisa saja terjadi kepada seorang pendakwah sekalipun. Dia mencari ilmu supaya untuk bisa dakwah, bukan untuk diamalkan dan takut kepada Allah. Dakwah itu poin yang kesekian. Jadi thalabul 'ilmi itu, jadilah orang yang terbaik di antara kita yakni dengan belajar dan mengajarkan Alquran.

Yang ketiga adalah dzikir lisan. Ini terjemahan dari dzikir hati. Hati iman, akal iman, keduanya mendorong orang tersebut untuk berdzikir sehingga dia paham benar bahwa gerak alam ini berdzikir. Sedangkan lidah berdzikir, sebagaimana tangan bersedekah. Kaki untuk berjihad. Dan seterusnya.

Wujud amalan dzikir adalah akhlak yang mulia. Dia selalu ingat kepada Allah yang mempunyai alam semesta ini. Orang yang selalu berdzikir itu selalu dijaga hatinya. Itu buah dari berdzikir. Allah tujuannya, Rasul teladannya. Dunia menjadi majlis dzikir. Kenapa? Karena apa yang dia lihat, dia dengar adalah dzikir. Semua presitiwa yang terjadi membuat kita berdzikir. Bahkan melihat orang yang maksiat kepada Allah, membuat kita berdzikir pula kepada Allah.

Orang yang berdzikir, energinya ibadah. Bicaranya dakwah. Tidak ada pembicaraan yang lebih baik selain dakwah. Dia berpikir bahwa setiap detik nafas ini dipertanggungjawabkan di hadapan Allah.

Matanya rahmat, orang yang berzikir penuh kasih sayang. Telinganya terjaga artinya dia dengar semua perkataan tapi dia bisa memilah dan memilih, pikirannya baik sangka, optimisnya tinggi sekali. Perenungannya luar biasa, tidak sinis, tidak pesimis dan tidak suka menvonis. Dia suka mendoakan kepada orang lain agar mendapatkan hidayah Allah.

Orang yang berdzikir, tangannya suka bersedekah, suka menolong. Karunia besar bukan dilihat kekayaan tapi kedermawanan. Kekuatan adalah silaturahim maka itu langkah yang penting. Ini buah dari orang yang selalu berzikir. Makanya rukun Islam yang intinya syahadat, shalat, puasa, zakat, haji, semuanya adalah perjalanan dzikir. Berzikirlah kalian sebagai mana kalian memanggil-manggil orang tuamu ya abi, ya umi. Termasuk di dalamnya mencari rezeki yang halal. Carilah karunia Allah dan teruslah banyak berdzikir. Jadi zikir itu sangat universal.

Sayangnya dzikir selama ini diartikan sempit seolah-olah hanyalah duduk di atas hamparan sejadah. Bahkan ada yang menjadikan dzikir itu sebagai kompensasi dari sebuah pelanggaran terhadap ketentuan Allah. Dzikir lagi… maksiat lagi. Nah, itu dzikiran namanya, karena tidak membawa perubahan dan tidak membawa kesenangan pada yang halal.

Karena itu jika dzikir belum membangkitkan energi jihad, belum dzikir namanya. Ini puncaknya dalam Islam. Siapa orang berdzikir, dia taat kepada Allah. Robbana fil Islam wa jihad fi sabilillah, ini kata kuncinya. Kesufian dalam Islam adalah berjihad, memaksimalkan pengabdian diri kepada Allah. Yang kedua mempersiapkan diri menjadi Khalifah. Yang ketiga menegakkan amar ma'ruf nahi munkar.

RUKYATUL HILAL : MENGAWALI DAN MENGAKHIRI RAMADHAN

Muqadimah
Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, bulan yang penuh rahmat, dan juga bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Quran. Di bulan Ramadhan, seluruh kaum muslimin diwajibkan untuk melaksanakan shaum. Namun seringkali kaum muslimin berbeda dalam mengawali dan mengakhiri bulan Ramadhan. Kaum muslimin di wilayah Indonesia misalnya, berbeda dalam mengawali dan mengakhiri Ramadhan dengan kaum muslimin di Malaysia, Arab Saudi dll. Hal-hal yang mendasari adalah adanya perbedaan antara hisab dan rukyatul hilal.

Makna Hilal
Hilal adalah bulan sabit yang menjadi acuan pergantian bulan hijriyah. Hilal terbit di ufuk barat setelah tenggelamnya matahari. Hilal ini sangat tipis, sehingga sulit dilihat (bagi yang belum terbiasa melihat) dengan mata telanjang. Hilal akan terlihat 50 di atas ufuk setelah terjadinya ijtima’ (matahari, bumi dan bulan terletak dalam satu garis) yang biasa disebut dengan konjungsi atau bulan mati. Jarak waktu antara peristiwa konjungsi sampai dengan naiknya bulan pada posisi 50 adalah ± 2 jam. Hilal biasanya tidak lama berada di atas ufuk, sehingga orang-orang yang melakukan rukyat itu mengadakan persiapan sebelum matahari terbenam, sehingga dapat segera mengarahkan pandangannya kearah tempat hilal.

Pendapat mengenai Hisab
Bagi kalangan yang mengatakan hisab berpedoman pada hadits Rasulullah saw. yang menjelaskan bahwa pada saat itu Rasul dan para umatnya adalah umat yang ummi (tidak bisa membaca dan menulis)

”Sesungguhnya umatku adalah umat yang ummi. tidak dapat membaca, dan tidak dapat berhitung, bulan itu sekian dan sekian (yakni kadang-kadang berumur 29 hari dan kadang-kadang berumur 30 hari)”
(H.R. Imam Bukhari, Muslim, Abi Dawud dan Nasai)


Namun, fakta saat ini adalah kaum muslimin bukan lagi ummat yang ummi (buta huruf). Sehingga seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kaum muslimin sudah dapat menghitung kapan akan terlihatnya hilal, bulan depan atau bahkan ditahun-tahun mendatang.

Pendapat mengenai Rukyatul hilal
Sedangkan kalangan yang berpendapat bahwa memulai dan mengakhiri Ramadhan dengan cara melihat hilal (bulan sabit) berpedoman pada hadits Rasulullah saw.

”Sesungguhnya umatku adalah umat yang ummi. tidak dapat membaca, dan tidak dapat berhitung, bulan itu sekian dan sekian (yakni kadang-kadang berumur 29 hari dan kadang-kadang berumur 30 hari)”
(H.R. Imam Bukhari, Muslim, Abi Dawud dan Nasai)


“Janganlah kamu berpuasa (Ramadhan) sehingga melihat hilal dan janganlah kamu berbuka (ber-‘idul fithri) sehingga melihat hilal. Jika hilal tertutup awan atasmu, maka kadarkanlah padanya."
(H.R. Bukhari dan Muslim)


“Shaumlah kamu karena melihat hilal, dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Jika hilal tertutup awan atasmu, maka genapkan bilangan sya’ban tiga puluh.”
(H.R Bukhari dan Muslim)


“Shaumlah kamu karena melihat hilal, dan berbukalah kamu karena melihat hilal. Jika hilal tertutup awan atasmu, maka kadarkanlah padanya tiga puluh hari.”
(H.R Bukhari dan Muslim)


Dalam hal rukyatul hilal pun terjadi perbedaan pendapat. Ada yang mengatakan bahwa boleh terjadi perbedaan waktu ketika melihat hilal karena perbedaan mathla’ (tempat terlihatnya hilal) sehingga rukyatnya adalah lokal, dan ada yang mengatakan tidak boleh ada perbedaan mathla’ jadi harus dengan rukyat global.

Pendapat mengenai rukyat lokal
Bagi kalangan yang berpendapat mengenai bolehnya terjadi perbedaan mathla’ bahwa mazhab Syafi’i membolehkan terjadi perbedaan awal dan akhir ramadhan sejauh ± 24 farsakh atau ± 120 km. Hal ini berdasarkan pada kisah Abdullah bin Abbas dimasa kekhilafahan Muawiyyah,

Ada seorang Madinah bernama Kuraib, ia pergi ke Syam disuruh oleh seorang wanita bernama Ummul Fadl untuk menemui Muawiyyah di Syam (Sepeninggal Nabi saw dan khulafaur Rasyidin, pusat pemerintahan berpindah ke Syam). Waktu Kuraib berada di Syam terjadilah rukyatul hilal awal Ramadhan dan oleh khalifah malam itu diberlakukan sebagai awal Ramadhan, malam itu adalah malam jum’at. Sedangkan di Madinah permulaan Ramadhan jatuh pada malam sabtu, jadi berbeda satu hari. Saat itu belum ada alat penghubung yang cepat, yang ada hanya kuda dan unta yang jika menghubungkan berita antara Syam dan Madinah membutuhkan waktu berhari-hari. Pada akhir Ramadhan Kuraib sudah berada di Madinah dan bertemu dengan Abdullah bin Abbas seorang ’alim besar yang tidak asing lagi dikalangan para ’ulama. Kuraib menceritakan tentang awal Shaum Ramadhan di Syam yang seharusnya setelah genap 30 hari dari permulaan puasa di Syam hari Jum’at tersebut semua orang harus beridul fitri, termasuk orang-orang Madinah. Lalu Abdullah bin Abbas bertanya : “Kapan kamu melihat hilal?” Kuraib menjawab: “Malam Jum’at”. Abdullah bertanya lagi: “Kamu melihat sendiri?” Kuraib menjawab: “Ya, dan orang-orang banyak melihatnya, mereka melakukan puasa dan juga Muawiyyah berpuasa”. Lalu Abdullah bin Abbas berkata : “ Tetapi kami melihat hilal pada malam Sabtu, maka kami akan menyempurnakan bilangan puasa 30 hari atau 29 hari bila kami melihat hilal.” Lalu Kuraib bertanya: “Apa tidak cukup rukyatnya dan puasanya Muawiyyah kita pakai sebagai pedoman?” Abdullah bin Abbas menjawab: “Tidak... demikian itulah Rasulullah saw memerintahkan kepada kita.”

Pendapat mengenai rukyat global
Bagi kalangan yang berpendapat rukyat global adalah bahwa teks dari hadits-hadits di atas dari kata ﺼوﻤوﺍ bermakna shaumlah dan ﺃﻔﻄﺮوﺍ bermakna berbukalah (ber’idul fitrilah) merupakan perintah yang bersifat umum dan tidak kepada salah satu wilayah saja.

Kondisi saat ini
Seperti menjadi sebuah kebiasaan dalam mengawali dan mengakhiri Ramadhan selalu ada perbedaan. Ada yang berpendapat dengan hisab, ada yang rukyat lokal dan ada yang rukyat global. Beberapa faktor yang bisa kita bahas disini adalah:
  • Pertama, Kemajuan manusia dalam hal IPTEK bukan berarti menghilangkan metode rukyat dan hanya mengutamakan hisab. Justru yang seharusnya dilakukan adalah hasil dari hisab dipergunakan dalam membantu kapan waktu untuk merukyat, misal : hasil hisab mengenai terjadinya gerhana bulan beberapa waktu yang lalu, selalu dipergunakan dalam membantu rukyat, yang kemudian rukyat tetap dilaksanakan untuk membuktikan kebenaran terjadinya proses gerhana tersebut.

  • Kedua, Bulan itu satu, dan dia mengelilingi (berevolusi) bumi, jadi bisa saja satu atau lebih bagian bumi dapat melihat hilal namun kaum muslimin yang dapat melihat hilal harus menginformasikan kepada kaum muslimin di wilayah lain.

  • “Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: orang-orang berusaha melihat hilal lalu saya memberitahukan kepada Rasulullah saw bahwa saya telah melihat hilal, maka beliau berpuasa dan memerintahkan orang-orang agar supaya berpuasa” (H.R Abi Dawud, Daru Qutni dan Ibn Hibban)


    “Sahabat Abdullah bin Abbas berkata: Seorang Badwi datang kepada Rasulullah saw lalu berkata: sungguh saya telah melihat hilal (hilal ramadhan). Maka Rasulullah saw bertanya : Apakah engkau mengakui bahwa tidak ada Tuhan selain Allah? Badwi menjawab: ya. Rasulullah saw bertanya lagi: Apakah engkau mengakui bahwa Muhammad itu Rasulullah? Badwi menjawab: ya. Lalu Rasulullah bersabda: Hai Bilal, beritahulah orang-orang supaya mereka berpuasa.”
    (H.R Abi Dawud, Nasai, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)


    “Bahwa suatu rombongan (terdiri dari para pedagang yang berkendaraan onta yang mengarungi padang pasir) datang kepada Rasulullah saw seraya mereka memberikan kesaksian bahwa mereka kemarin telah melihat hilal, maka Rasulullah saw memerintahkan orang-orang untuk berbuka (beridul fitri) dan pada hari berikutnya supaya mereka pergi ke tempat shalat (untuk bershalat Id).” (H.R. Ahmad bin Hambal, Abu Dawud, Nasai, dan Ibnu Majah)

  • Ketiga, Jarak waktu terjauh di bumi maksimum adalah hanya 12 jam bukan lebih dari 24 jam sehingga jika ada muslim melihat hilal kemudian dia menginformasikan kepada kaum muslimin yang lain yang notabene sudah malam hari, namun masih dalam satu waktu.

  • Keempat, Mazhab Syafi’i membolehkan berbeda mathla’ berdasarkan dari hasil ijtihad Abdullah bin Abbas, namun riwayat tersebut hanya sampai disitu saja, tidak dijelaskan bagaimana sikap dari seorang khalifah Muawiyyah pada saat itu, apakah mendiamkan saja atau menegur Abdullah bin Abbas. Jika ada sambungan dari riwayat tersebut, maka sambungan riwayat itu dapat menguatkan rukyat lokal.

  • Kelima, Kaum muslimin di Indonesia dalam memulai dan mengakhiri Ramadhan dengan cara rukyat lokal menganggap berdasarkan dalil tersebut, jika kita tilik lebih dalam lagi bahwa Mazhab Syafi’i membolehkan kaum muslimin di Jakarta dan Bandung boleh berbeda waktu. Begitu juga kaum muslimin di pulau kalimantan, antara kaum muslimin di Indonesia dengan Malaysia dan Brunei boleh berbeda waktu karena jarak lebih dari 24 farsakh atau lebih dari 120 km, namun pada saat yang bersamaan kaum muslimin Indonesia di pulau kalimantan bersamaan memulai dan mengakhiri Ramadhan dengan kaum muslimin Indonesia di pulau Papua. Dengan demikian jelas bahwa yang dipergunakan dalam memulai dan mengakhiri Ramadhan di Indonesia dan negeri-negeri muslim yang lain adalah bukan berdasarkan dalil melainkan pada kesatuan nasionalisme yang lemah.


  • Dampak perbedaan awal dan akhir Ramadhan
    Perbedaan mengawali dan mengakhiri Ramadhan memiliki dampak yang sangat besar, yaitu :
    1. Dalam mengawali ramadhan jika sudah terlihat hilal, bagi yang sudah mendapat informasi hilal namun dia tidak melaksanakan puasa maka dia telah berdosa meninggalkan ibadah puasa.

    2. Dalam mengakhiri Ramadhan jika sudah terlihat hilal, bagi yang sudah mendapat informasi hilal namun dia tidak berbuka (idul fitri) maka puasanya menjadi haram dan zakat fitrah yang belum disalurkan hingga hari itu akan menjadi shadaqah bukan lagi zakat fitrah.

KHUTBAH RASULULLAH MENYAMBUT RAMADHAN

Berikut ini wasiat Baginda Rasulullah saw. pada malam terakhir bulan Sya’ban, dalam khutbah Beliau saat menyambut datangnya bulan Ramadhan:


Wahai manusia!

Sungguh telah datang kepada kalian bulan Allah yang membawa berkah, rahmat dan maghfirah; bulan yang paling mulia di sisi Allah. Hari-harinya paling utama. Malam-malamnya paling utama. Jam demi jamnya paling utama. Inilah bulan ketika kalian diundang menjadi tamu Allah dan dimuliakan oleh-Nya.

Pada bulan ini nafas-nafas kalian menjadi tasbih, tidur kalian ibadah, amal-amal kalian diterima dan doa-doa kalian diijabah. Bermohonlah kepada Allah, Tuhan kalian, dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar Dia membimbing kalian untuk melakukan shaum dan membaca Kitab-Nya. Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan Allah pada bulan agung ini…

Bersedekahlah kepada kaum fakir dan miskin. Muliakanlah orang tua. Sayangilah yang muda. Sambungkanlah tali persaudaraan. Jagalah lidah. Tahanlah pandangan dari apa yang tidak halal kalian pandang. Peliharalah pendengaran dari apa yang tidak halal kalian dengar…

Bertobatlah kepada Allah dari dosa-dosa. Angkatlah tangan-tangan kalian untuk berdoa pada waktu shalat. Itulah saat-saat yang paling utama ketika Allah ‘Azza wa Jalla memandang hamba-hamba-Nya dengan penuh kasih. Dia menjawab mereka ketika mereka menyeru-Nya, menyambut mereka ketika mereka memanggil-Nya dan mengabulkan doa mereka ketika mereka berdoa kepada-Nya.

Wahai manusia!

Sesungguhnya diri kalian tergadai karena amal-amal kalian. Karena itu, bebaskanlah dengan istigfar. Punggung-punggung kalian berat karena beban (dosa). Karena itu, ringankanlah dengan memperpanjang sujud.

Ketahuilah! Allah Swt. bersumpah dengan segala kebesaran-Nya, bahwa Dia tidak akan mengazab orang-orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan-Nya.


Wahai manusia!

Siapa saja di antara kalian memberi buka kepada orang-orang Mukmin yang berpuasa pada bulan ini, maka di sisi Allah nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa-dosa yang lalu…

Jagalah diri kalian dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah diri kalian dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air.


Wahai manusia!

Siapa yang membaguskan akhlaknya pada bulan ini, ia akan berhasil melewati sirâth al-mustaqîm pada hari ketika kaki-kaki tergelincir. Siapa yang meringankan pekerjaan orang-orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) pada bulan ini, Allah akan meringankan pemeriksaan-Nya pada Hari Kiamat. Siapa saja yang menahan kejelekannya pada bulan ini, Allah akan menahan murka-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Siapa saja yang memuliakan anak yatim pada bulan ini, Allah akan memuliakanya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Siapa saja yang menyambungkan tali silaturahmi pada bulan ini, Allah akan menghubungkannya dengan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya. Siapa saja yang memutuskan kekeluargaan di bulan ini, Allah akan memutuskan rahmat-Nya pada hari ia berjumpa dengan-Nya.

Siapa saja yang melakukan shalat sunnah pada bulan ini, Allah akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka. Siapa saja yang melakukan shalat fardhu, baginya pahala seperti melakukan 70 shalat fardhu pada bulan lain. Siapa saja yang memperbanyak shalawat kepadaku padai bulan ini, Allah akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan. Siapa saja pada bulan ini membaca satu ayat al-Quran, pahalanya sama seperti mengkhatamkan al-Quran pada bulan-bulan yang lain.


Wahai manusia!


Sesungguhnya pintu-pintu surga dibukakan bagi kalian. Karena itu, mintalah kepada Tuhan kalian agar tidak pernah menutupkannya bagi kalian. Sesungguhnya pintu-pintu neraka tertutup. Karena itu, mohonlah kepada Tuhan kalian untuk tidak akan pernah membukakannya bagi kalian. Sesungguhnya setan-setan terbelenggu. Karena itu, mintalah agar mereka tak lagi pernah menguasai kalian…


Wahai manusia!


Sesungguhnya kalian akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkahan, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan; bulan yang Allah telah menjadikan puasanya suatu fardhu, dan qiyâm pada malam harinya suatu tathawwu’.

Siapa saja yang mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu amal kebajikan di dalamnya, samalah dia dengan orang yang menunaikan suatu fardhu di dalam bulan yang lain.

Ramadhan itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu adalah pahalanya surga. Ramadhan itu adalah bulan memberi pertolongan dan bulan Allah memberikan rezeki kepada Mukmin di dalamnya.

Siapa saja yang memberikan makanan berbuka kepada seseorang yang berpuasa, yang demikian itu merupakan pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka. Orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tanpa sedikitpun berkurang…

Dialah bulan yang permulaannya rahmat, pertengahannya ampunan dan akhirnya pembebasan dari neraka. Siapa saja yang meringankan beban dari budak sahaya, niscaya Allah mengampuni dosanya dan memerdekakannya dari neraka.

Karena itu, perbanyaklah empat perkara pada bulan Ramadhan: dua perkara untuk mendatangkan keridhaan Tuhan kalian; dua perkara lagi yang sangat kalian butuhkan. Dua perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan mohon ampunan kepada-Nya. Dua perkara yang sangat kalian butuhkan ialah mohon surga dan perlindungan dari neraka.

Siapa saja yang memberi minum kepada orang yang berbuka puasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari air kolam-Nya, dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga dia masuk ke dalam surga.

[HR Ibnu Khuzaimah]

Puasa Membentuk Pribadi

Ada tiga unsur yang melengkapi diri kita sehingga kita dapat hidup sebagai pribadi. Ketiga unsur itu menentukan hidup dan kehidupan kita lebih lanjut. Ketiganya adalah hati, otak (akal), dan jasmani. Otak mampu menciptakan konsep-konsep atau keinginan-keinginan untuk mencapai sesuatu. Otak juga dapat menciptakan hal-hal yang baru sama sekali, seperti produk-produk iptek (barang-barng elektronik canggih, bahkan bom/peralatan nuklir). Sedangkan hati menyaring apa yang patut atau tidak patut dikerjakan. Kalau hati seseorang baik (bersih) tentu dapat memberi arah apa yang seyogianya otak ciptakan. Tetapi kalau hatinya tidak bersih (hitam), maka dapat saja otak tersebut bekerja semaunya, menciptakan apa saja yang tidak dikehendakinya, tidak peduli apakah baik atau tidak, apakah akan membinasakan atau menyelamatkan umat manusia. Jelas orang yang seperti ini berbahaya, karena dapat ia lakukan hal-hal seperti dikemukakan tadi. Yang pokok, keinginannya tercapai.

Sementara peran jasmani adalah melaksanakan apa yang telah dikehendaki oleh otak dan hati. Ia bekerja, kalau sudah ada perintah dari otak dan hati. Jasmani tidak berpikir, ia hanya bekerja setelah menerima petunjuk. Yang pokok, jasmani perlu dirawat dan dilatih agar senantiasa berada dalam keadaan sehat sehingga dapat berfungsi. Bahkan unsur jasmani ini turut menentukan, karena meskipun otak dan hati telah melahirkan suatu gagasan yang cukup ideal, namun tidak akan dapat direalisasikan apabila jasmani tidak berdaya.

Di sinilah betapa besar peran ibadah puasa dalam pembentukan pribadi. Perannya ialah berusaha menyehatkan ketiga unsur tadi sekaligus. Ia membersihkan hati melalui peningkatan ibadah (di samping berpuasa, juga salat, termasuk salat tarawih, dan berlatih diri menahan hawa nafsu yang cenderung ke perbuatan-perbuatan tercela) yang akhirnya berpengaruh pula pada cara berpikir. Orang yang beriman (bertakwa) dan yang bersih hatinya, biasanya pemikirannya pun jernih dan selalu berusaha menghindari perbuatan maksiat.

Sedangkan orang yang berpuasa, akan terawat (terpelihara) kesehatannya, karena sesuai dengan keterangan para dokter, puasa dapat menyembuhkan, setidak-tidaknya mengurangi penyakit tekanan darah tinggi, jantung, lambung, dan lain-lain. Jadi, puasa sekaligus berusaha menyehatkan rohani, pemikiran dan jasmani sehingga gagasan-gagasan yang diciptakan oleh orang yang berpuasa selalu jernih dan selalu pula memperhatikan kepentingan umat (orang banyak). Oleh karena itu, puasa sangat bermanfaat bagi para pemimpin.

Ramadhan Bulan Ibadah

Ramadhan memang bulan ibadah. Porsi ibadah biasanya akan bertambah. Tetapi Ramadhan juga bulan segala kegiatan dan kerja keras. Tak ada alasan buat umat Islam untuk berleha-leha di siang hari karena berpuasa. Kesibukan kerja di siang hari malah membuat hari terasa pendek. Kita perlu menengok ke dalam sejarah, melihat bagaimana kesibukan Rasulullah saw pada bulan-bulan ini.

Dalam melaksanakan ibadah Rasulullah lebih mengkhususkan diri pada bulan puasa, sehingga seolah ia tak lagi mengenal dunia, dengan memperbanyak ibadah: melakukan salat, membaca Alquran, zikir, bersedekah, dan pada malam kesepuluh terakhir beri'tikaf di masjid, dan menganjurkan kita memperbanyak ibadah.

Sungguh pun begitu tidak berarti Nabi lalu bersantai-santai dan melalaikan tugas-tugas duniawi. Justru peristiwa-peristiwa besar banyak terjadi pada bulan Ramadhan, seperti ditulis Ali Hasani al-Kharbutli, al-Rasul fi Ramadhan. Juga dalam buku-buku sejarah, tafsir, dan hadis, dapat kita baca betapa sibuknya Rasulullah.

Bagi Rasulullah bulan puasa adalah bulan jihad, bulan perjuangan. Sejak tahun pertama Hijri dalam bulan puasa beberapa ekspedisi militer dikerahkan untuk menghadapi musuh, kaum musyrik Mekah yang selalu datang mengganggu dengan serangan kecil-kecilan pada mulanya, dan kemudian sampai di puncaknya pada bulan Ramadhan tahun ke-2 Hijri dengan pecahnya perang Badr. Tetapi justru inilah kemenangan Islam yang pertama menghadapi kaum musyrik Quraisy, ''Allah telah menolong kamu di Badr ketika kamu dalam keadaan lemah. Maka bertakwalah kepada Allah, dengan demikian kamu bersyukur'' (Q. S. 3: 123).

Setelah itu, pada tahun-tahun berikutnya, terjadi pula perang Uhud dan perang Parit, sedikit sebelum dan sesudah bulan puasa, sampai akhirnya pada Ramadhan tahun ke-8, Mekah sebagai markas besar musyrik Quraisy dapat dibebaskan, berhala-berhala dihancurkan dan tauhid ditegakkan. Dan pada Ramadhan tahun berikutnya Rasul kembali dari ekspedisi Tabuk dengan membawa kemenangan pula.

Itulah kemenangan-kemenangan Ramadhan yang terbesar, disusul dengan kedatangan utusan Banu Saqif dari Taif -- sebagai benteng terakhir kaum pagan yang paling keras -- ke Medinah, menyatakan pengakuan dan kesetiaan penduduk Taif kepada Rasulullah. Itulah jatuhnya benteng terakhir kaum penyembah berhala di jazirah Arab.

Dalam menghadapi peristiwa-peristiwa besar seperti perang Badr dan pembebasan Mekah dalam bulan puasa itu adakalanya Rasulullah dan sahabat-sahabat terpaksa membatalkan puasa.

Dalam bulan ini pula banyak peristiwa besar lain terjadi. Muhammad menerima tugas dan diutus Allah sebagai rasul-Nya terjadi pada bulan Ramadhan, yang dengan sendirinya juga turunnya wahyu pertama. Ramadhan, bulan penuh kegiatan, bulan kemenangan rohani dan jasmani.

Kamis, 13 Agustus 2009

LIBYA: PESONA AFRIKA UTARA‎


LIBYA: PESONA AFRIKA UTARA‎
Oleh Nandang Nursaleh

Kendati matahari sangat terang, hari ini udara Libya cukup sejuk. Suhu rata-‎rata di bulan Juni antara 16 s.d. 29 derajat Celcius. Namun bisa mencapai di bawah 4 ‎derajat Celsius dimusim dingin atau di atas 40 derajat Celcius di musim panas. ‎Aziziya, satu daerah di Libya pernah mencapai record terpanas di dunia dengan suhu ‎‎57,8 derajat Celsius pada tahun 1922. Meski demikian, setiap minggu suhu udara ‎Libya selalu berubah-ubah. Misalnya, pada puncak musim panas di bulan Agustus, ‎rata-rata setiap tiga hari suhu Libya mesti berubah menjadi sejuk dan begitu pula ‎sebaliknya. Perubahan ini dipengaruhi oleh angin Sahara yang panas dan angin ‎daratan Eropa yang dingin. ‎
Oleh karena itu, pelesiran di Libya akan nyaman jika dilakukan pada musim ‎semi atau musim gugur, yaitu antara bulan April-Juni atau September-November. ‎Suhu udara pada bulan-bulan tersebut relatif stabil sehingga tidak cepat lelah. Udara ‎yang sejuk di musim semi atau gugur akan terasa nyaman dalam menjelajahi ‎tempat-tempat bersejarah di Libya atau sekadar duduk santai di taman-taman kota ‎Tripoli yang terletak di bibir pantai laut Mediterania. ‎

Sepintas tentang Libya
Istilah Libya awalnya digunakan sebagai penisbatan bagi penduduk yang ‎mendiami sebelah barat sungai Nil. Suku Libo atau Levu, demikian mereka dikenal ‎ribuan tahun yang lalu. Terkadang orang-orang Yunani kuno menyebut Libya untuk ‎seluruh daratan Afrika utara sebelah barat Mesir atau bahkan lebih luas untuk ‎menyebut seluruh benua Afrika.‎
Libya modern merupakan negara ke-4 terluas di benua Afrika dengan bahasa ‎Arab sebagai bahasa resminya. Negara luas dan kaya minyak ini hanya didiami oleh ‎sekitar 6,17 juta penduduk saja (thn 2008), sehingga GDP nya mencapai US $ 16,144 ‎perkapita atau tertinggi ke-2 di benua Afrika setelah Negara Guinea Khatulistiwa. ‎
Negara yang berbatasan dengan Laut Tengah di utara, Mesir di timur, Sudan ‎di tenggara, Chad dan Niger di selatan serta Aljazair dan Tunisia di sebelah barat; ‎bagi sebagian orang Indonesia mungkin terdengar sangar. Maklum saja ‎pemimpinnya, Muammar Qaddafi, sering kali diberitakan kontroversial dalam ‎percaturan politik global bahkan pernah dicap sebagai gembong teroris oleh Barat, ‎sehingga mengakibatkan negaranya diembargo selama 15 tahun dan baru bebas ‎pada tahun 2003. Namun demikian, saat ini Qaddafi dipercaya sebagai Presiden Uni ‎Afrika.‎
Tapi lain di luar lain di dalam, sesungguhnya selain negerinya aman, ‎masyarakat Libya juga ramah-ramah. Di ibukotanya Tripoli yang asri, tak nampak ‎ada gelandangan dan pengemis atau kriminalitas yang berarti, apalagi terorisme. ‎Hampir setiap sore sampai larut malam, lebih-lebih dimusim panas, yang nampak ‎hanyalah kerumunan orang bersama keluarganya yang duduk santai di rumput yang ‎hijau atau di kursi-kursi yang tersedia di taman-taman kota sambil menikmati ‎makanan kecil yang mereka bawa dari rumahnya. Dari alun-alun utama kota, kita ‎dapat menikmati pemandangan kapal-kapal besar yang keluar masuk dan berlabuh ‎di pelabuhan Tripoli. Memang nikmat menghirup udara sore dan memandang lepas ‎ke laut mediterania sambil mengintip sang mentari tenggelam di ufuk barat. Apalagi ‎akan lebih nikmat jika ditemani secangkir Cappucino ala Italia atau sambil ‎menghisap Sisha ala timur tengah yang tersedia di kios-kios sepanjang boulevard ‎pantai dan alun-alun kota.‎

Tripoli: Tiga Kota Peninggalan Romawi
Orang Arab menyebut ibukota Libya ini dengan nama Tarabulus al-Garb ‎‎(Tripoli barat) untuk membedakan dengan kota Tripoli yang ada di Libanon. Tripoli ‎sendiri memiliki arti tiga kota, yang berada pada masa silam yaitu Oea, Lubdah atau ‎Leptis Magna, dan Sabratha. Oea terletak di tengah-tengah antara Sabratha di barat ‎dan Leptis Magna di timur. Letak ketiga kota ini berjauhan tapi semuanya berada di ‎pinggir pantai laut Mediterania. Oea kini berganti nama menjadi Tripoli dan ‎berevolusi jadi kota modern, sementara Sabratha dan Leptis Magna hanya ‎mewariskan reruntuhan dan puing-puing yang menjadi saksi bisu keperkasaan ‎peradaban manusia di masa lampau. ‎
Menelusuri sudut-sudut kota Tripoli, membawa khayal kita kembali ke masa ‎silam. Bertolak dari alun-alun kota yang hijau dan dipenuhi beberapa jenis pohon ‎Kurma, kita dapat berjalan ke arah barat menelusuri lorong-lorong kota tua yang di ‎kelilingi benteng pertahanan peninggalan imperium Ottoman (KhilafahTurki Usmani) ‎yang masih berdiri kokoh. ‎
Tripoli di masa lalu merupakan kota pelabuhan yang sangat strategis. ‎Didirikan pada abad ke-7 SM oleh bangsa Phunisia, kemudian direbut oleh Romawi ‎pada pertengahan abad ke-2 SM, ditaklukan oleh Islam pada masa Khalifah Umar ‎bin Khattab pada abad 7 M, dan akhirnya dikuasai oleh kekhilafahan Ottoman pada ‎abad 16 M. Oleh karena itu, saat ini benteng tersebut dikenal pula dengan nama ‎benteng Turki. ‎
Perjalanan memasuki benteng ini bisa melalui tiga gerbang. Di sebelah barat ‎dinamakan gerbang Zenata, di utara disebut Bab al-Bahr, dan di tenggara dikenal ‎dengan gerbang Zewara. Di dalamnya, selain terdapat pemukiman penduduk, juga ‎ada Puri As-Saraya al-Hamra (Istana Merah), museum, masjid Gurji dengan ‎ornamen yang sangat indah, menara mercusuar, sanggar kerajian tradisional, dan ‎komplek pertokoan tua yang menjual berbagai perhiasan, handycraft, barang-‎barang antik, juga berbagai keperluan sehari-hari. Benteng ini merupakan tujuan ‎utama kunjungan para wisatawan ke kota Tripoli. ‎
Masuk dari gerbang Zewara, kita dapat menemui beberapa orang pemuda ‎menawarkan penukaran mata uang asing kepada Dinar Libya. Maklum saja, bagi ‎yang hobi belanja, di kiri kanan jalan yang akan kita lalui penuh dengan pertokoan ‎yang menjual perhiasan dan barang kerajinan. Mulai dari emas, perak, batu mulia, ‎kerajinan dari metal dan kulit, karpet, pakaian khas Libya, dan sebagainya. Bahkan, ‎gading gajah dan kulit harimau yang masih utuh pun nampak dijual.‎
Masih di dalam benteng, selesai melewati pertokoan tradisional zaman abad ‎pertengahan, kita dapat terus menelusuri lorong-lorong bangunan tua ke arah utara. ‎Setelah keluar dari gerbang Bab al-Bahr, kita dapat menjumpai bangunan kuno yang ‎dikenal dengan gapura Marcus Aurelius yang dibangun pada abad ke 2 M. Gapura ‎ini dibangun untuk memperingati jasa-jasanya sebagai Kaisar Romawi dari tahun ‎‎161 -180 M. Dari gapura ini pula pemandangan hiruk pikuk pelabuhan Tripoli ‎nampak jelas karena jaraknya hanya dipisahkan oleh boulevard (jalan raya ‎sepanjang pantai). Lelah dan peluh setelah berjalan di gang-gang kota tua, dapat ‎hilang oleh pemandangan luas dan sejuknya angin sepoi-sepoi yang berhembus dari ‎laut Mediterania.‎
Setelah istirahat sejenak, kita dapat meneruskan kembali perjalanan ‎menelusuri komplek kota tua. Dari gapura Marcus kita dapat terus berjalan ke arah ‎barat menelusuri pinggiran benteng sampai menjumpai gerbang Zenata. Dari sini ‎nampak gedung-gedung modern menjulang tinggi, suatu pemandangan kontras ‎dengan kota tua yang jaraknya hanya dipisahkan oleh jalan raya. Di situlah kawasan ‎bisnis Tripoli berada. ‎

Jakarta, Bandung, dan Jawa di Tripoli
Arah tenggara dari benteng Turki adalah lapangan Medan Syuhada (Martyrs ‎Square). Di sisi baratnya terdapat panggung tempat Muammar Qaddafi ‎menyampaikan orasi kepada rakyatnya atau memimpin protes-protes kepada Barat ‎dan Amerika atas ketidakadilan dunia. Lapangan ini juga merupakan muara dari ‎delapan jalan raya utama yang datang dari berbagai arah. Kiri kanan jalan-jalan ‎tersebut dipenuhi oleh bangunan-bangunan tua berarsitektur ala Italia. Libya yang ‎bekas jajahan Italia memiliki banyak gedung peninggalan sejarah yang cukup ‎terawat dan dibiarkan seperti bentuk aslinya. Gedung-gedung tersebut saat ini ‎kebanyakan digunakan sebagai kantor pemerintah, pertokoan, atau tempat tinggal. ‎Misalnya, jika kita berjalan dari Medan Syuhada ke arah timur, di kiri kanan ‎sepanjang jalan Omar Muhtar terdapat bangunan kokoh peninggalan Italia yang ‎digunakan sebagai bank, kantor kepolisian, restoran, dan pertokoan. Bahkan sebuah ‎bangunan gereja masih berdiri kokoh dan terawat hanya saja telah beralih fungsi ‎menjadi gedung olah raga.‎
Perjalanan menelusuri gedung-gedung antik dapat pula melalui tujuh jalan ‎lainnya yang bermuara di Medan Syuhada. Mengayunkan kaki ke arah tenggara di ‎trotoar jalan Awwal September akan terasa nyaman, selain bersih, juga rindang oleh ‎pohon-pohon sejenis beringin. Kiri-kanan jalan ini didominasi oleh toko-toko fashion ‎merk Italia atau Perancis yang terkenal, juga restoran khas Turki, Italia, Mesir, atau ‎Libya sendiri. Pada perempatan pertama, beberapa meter ke arah kiri, kita akan ‎terkagum-kagum melihat bangunan perkasa sebuah masjid yang mirip gereja. Inilah ‎masjid raya Jamal Abdul Nasr yang asalnya memang merupakan sebuah gereja ‎katedral peninggalan penjajah Italia. Persis di samping kanan masjid ini terdapat ‎plang nama jalan raya dalam tulisan Arab yang diberi nama jalan Bandung dan jalan ‎di sebelahnya lagi di beri nama jalan Jakarta. Selain itu, beberapa meter ke arah ‎barat daya dari masjid ini, persis di belakang Funduq al-Kabir (Grand Hotel), ‎terdapat sebuah jalan yang diberi nama jalan Jawa. Mungkin pemerintah Libya ‎sengaja mengabadikan nama-nama tersebut untuk mengenang penyelenggaraan ‎Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955. ‎ Perasaan bangga sempat singgah ‎dalam hati, begitu perhatiannya bangsa Libya terhadap Indonesia, Setidaknya, itulah ‎yang terbersit dalam pikiran penulis. Entahlah, tapi faktanya memang orang-orang ‎Libya sangat respect kalau kita mengaku datang dari Indonesia. "Andunesia miah-‎miah !", demikian kata mereka. "Indonesia 100 % bagus", kurang lebih begitulah ‎artinya.‎
Jika lelah setelah jalan cukup jauh, kita dapat istirahat di sebuah ruwaq yang ‎berhadapan langsung dengan masjid raya tersebut. Ruwaq adalah semacam koridor ‎atau ruang lobi yang atapnya menghubungkan dua gedung yang berbeda. Di ruwaq ‎ini disediakan berbagai makanan atau minuman. Mulai dari Swarma (Roti berisi ‎daging ayam), Kebab (roti gulung berisi daging), Sandwich, Cappucino, softdrink, ‎bahkan sisha. Tentu saja dengan harga sangat terjangkau. ‎

Leptis Magna
Perjalanan menelusuri jejak sejarah di Libya masih belum tamat. Kurang ‎lebih 100 km ke arah timur kota Tripoli, puing-puing bangunan menjadi saksi jejak ‎peradaban manusia masa lalu. Lubdah al-Kubra, demikian orang Libya menyebutnya, ‎atau sejarawan dunia mengenalnya dengan nama Leptis Magna. Adalah sebuah kota ‎penting pada zamannya yang menyaingi dua metropolis lainnya di Afrika utara, ‎Carthago (di Tunisia) dan Aleksandria (di Mesir). Pendirian kota Leptis dirintis oleh ‎bangsa Phunisia dari Sidon (nama daerah di Libanon) pada awal abad 7 SM, dan ‎ditaklukan oleh Romawi pada abad 2 SM. Berabad-abad, Leptis Magna telah ‎menjadi trans-perdagangan antara kawasan Sahara dengan kawasan Mediterania. ‎Kejayaan Leptis Magna sebagai metropolis mencapai puncaknya ketika Septimus ‎Severus yang asli berasal dari Leptis Magna menjadi Kaisar Romawi pada tahun 119 ‎s.d. 211 M. Pada masanya wilayah ini dinaikkan statusnya menjadi provinsi otonom ‎Tripolitania.‎
Berada di kawasan puing-puing Leptis magna, kita akan berdecak kagum ‎membayangkan betapa manusia zaman dahulu begitu perkasa dan jaya membangun ‎sebuah kota. Betapa tidak, selain bahan material bangunan yang terbuat dari batu ‎pualam yang dalam beberapa bagian penuh dengan ukiran, juga karena Leptis ‎Magna merupakan bekas sebuah kota kuno dengan tata kota yang telah sangat ‎diperhitungkan dengan matang, tak kalah sekalipun dibandingkan dengan tata kota ‎modern saat ini. Gedung pemerintah, pasar, tempat ibadat, sekolah, tempat hiburan, ‎taman, MCK umum, pelabuhan, gedung olah raga, pemukiman, bahkan drainase ‎ditata begitu apik.‎
Memasuki komplek Leptis Magna dimulai dari gerbang Septimius Severus. ‎Gerbang ini berupa gapura kokoh yang terbuat dari batu pualam yang penuh ukiran. ‎Tak jauh dari gapura, terdapat reruntuhan bangunan tempat orang-orang Leptis ‎Magna dahulu belajar. Mereka memiliki study club yang bernama Schola. Istilah ‎tersebut saat ini kemudian bergeser maknanya menjadi tempat belajar; school ‎dalam bahasa Inggris atau sekolah di negeri kita.Tak jauh dari sini, ke arah kanan ‎terdapat reruntuhan gedung bekas komplek pemandian yang dinamakan Hadrianic ‎Bath. Di dalamnya terdapat kolam, ruang toilet, ruang sauna sekaligus ruang proses ‎pemanas air untuk dialirkan ke ruang sauna tersebut. Sungguh begitu tinggi ‎teknologi mereka pada zamannya.‎
Dari gapura tadi, terdapat jalan lurus tembus ke laut Mediterania sehingga ‎komplek Leptis Magna terbagi dua blok, barat dan timur. Di Blok timur terdapat ‎puing-puing bekas bangunan penting, seperti gedung parlemen, pengadilan, kuil, ‎amphitheatre, komplek pelabuhan, dan stadion olahraga/gladiator. Di blok ini juga ‎terdapat gedung terbesar di Leptis Magna yang dinamakan dengan Severan Forum. ‎Luasnya 160 X 69 m yang didedikasikan Kaisar Romawi Caracalla (212-217 M) untuk ‎memperingati 5 tahun kematian ayahnya Septimus Severus. ‎
Sementara di blok barat merupakan blok pemukiman, gedung theater, pasar, ‎dan taman. Bekas bangunan yang agak relatif utuh adalah amphitheater (stadion ‎yang tempat duduknya curam) di blok timur dan gedung theater di blok barat. ‎ Gedung-gedung yang berada di bibir pantai termasuk bangunan-bangunan ‎pelabuhan, saat ini sudah tergerus selama ribuan tahun oleh abrasi. Begitu pula ‎sebagian besar reruntuhan sudah tertimbun oleh pasir yang hijrah dibawa angin dari ‎Sahara.‎

Sabratha
Kota ketiga dari provinsi Tripolitania adalah Sabratha. Dari Tripoli, kota ini ‎berjarak 65 km atau dapat ditempuh selama 45 menit dengan menggunakan jalur ‎thariq sari' (highway) menuju arah Tunisia. Selama perjalanan, kita dapat menikmati ‎pemandangan perkebunan Zaitun, Tin, Kurma, Jeruk, Peach, Anggur, dan aneka ‎komoditas pertanian lainnya.‎
Kota Sabratha didirikan oleh bangsa Phunisia sebagai kota pelabuhan pada ‎abad ke-6 SM, lebih dahulu dibanding kota Leptis Magna. Kemudian dikuasai oleh ‎pemerintah Massinissa, sebuah kerajaan Berber yang menguasai wilayah Numidia ‎‎(sekarang: Aljazair dan Tunisia). Pada abad ke-2 M, kota Sabratha dikuasai oleh ‎kekaisaran Romawi dan disatukan dengan dua kota lainnya, Oea dan Leptis Magna ‎dalam satu provinsi Tripolitania. Pada abad ke-4 (tahun 365 M), tiga kota ini luluh ‎lantak oleh gempa tsunami yang diperkirakan mencapai 8 skala richter. Pada abad ‎ke-7 tepatnya zaman Khalifah Umar ibn Khattab (634 - 644 M), wilayah ini ditaklukan ‎oleh Gubernur Mesir, Amr bin Ash dan menjadi wilayah kekuasaan kekhalifahan ‎Islam.‎
Jika melihat luasnya, area Sabratha lebih kecil dibanding dengan luas Leptis ‎Magna. Bagitu pula fasilitas-fasilitas gedung tidak selengkap di Leptis Magna bahkan ‎sebagian besar hampir rata dengan tanah, kecuali gedung theater yang walaupun ‎lebih kecil dibanding yang ada di Leptis, namun relatif masih utuh; bahkan hingga ‎saat ini, masih sering digunakan sebagai arena pertunjukan seni dan budaya baik ‎nasional maupun internasional.‎
Di sebelah barat gedung theater, terdapat sebuah monumen menjulang ‎tinggi dengan tiga patung singa yang berada di tiga sudut yang menghadap ke ‎berbagai arah. Di bawah monumen ini terdapat kuburan orang-orang Phunisia yang ‎ditaklukan oleh bangsa Romawi. Monumen ini sengaja didirikan sebagai penghinaan ‎terhadap bangsa yang kalah perang pada zamannya sesuai dengan tradisi Romawi.‎
Di bagian utara dari monumen ini terdapat dua bangunan bekas kuil yaitu ‎Kuil Hercules (manusia setengah dewa anak Zeus) dan Kuil Dewi Isis (Dewa terbesar ‎bangsa Mesir Kuno). Masyarakat di wilayah Romawi pada masa itu termasuk ‎kawasan Tripolitania, memang merupakan mayoritas kaum pagan dan menganut ‎politeisme, yang kemudian berasimilasi dengan ajaran Nasrani dan menjadi agama ‎resmi Negara. ‎
Tempat-tempat wisata sejarah di Libya sebenarnya masih banyak, baik itu ‎peninggalan Romawi maupun Islam. Selain di wilayah Tripolitania, tempat-tempat ‎bersejarah juga dapat ditemukan di wilayah Cyreneica dan Fezzan yang masing-‎masing berada di kawasan timur dan barat daya Libya. Di Cyreneica kita dapat ‎menyaksikan hal serupa dengan yang ada di Tripolitania, yaitu reruntuhan bangunan ‎bekas kota peninggalan Romawi. Bahkan di wilayah ini terdapat lima kota kembar ‎yang terkenal pada masanya dengan nama Pentapolis yang terdiri atas kota ‎Apollonia, Barce atau Ptolemais, Taucheira, Euesperides atau Berenice (sekarang: ‎Benghazi), dan Cyrene sebagai ibukota. Nama Cyrene juga beberapa kali disebutkan ‎dalam kitab Bible, yang merupakan asal kota Simon yang menolong Yesus ketika di ‎salib.‎
Sementara di kawasan Fezzan kita masih dapat menyaksikan kota tua suku ‎Berber/ Tuareg (Arab: Thowariq) yang dikenal dengan kota Ghadamis. Tak jauh dari ‎kota ini, kita dapat mengunjungi danau/oase yang berada di tengah-tengah gurun ‎Sahara yang tampak tak berujung. Sejauh mata memandang, hanyalah bukit-bukit ‎pasir halus yang sewaktu-waktu berpindah terhempas oleh angin gurun.‎
Selain oase atau danau alami, di Libya juga terdapat setidaknya sembilan ‎danau buatan yang luasnya mencapai ratusan hektar di tengah gurun yang gersang. ‎Airnya dipancarkan dari dalam tanah semacam artesis. Dari danau-danau ini, air ‎dialirkan ke berbagai wilayah melalui pipa-pipa raksasa yang berukuran hingga ‎berdiameter 6 m. Hasilnya gurun yang gersang mulai hijau. Inilah megaprojek yang ‎menjadi kebanggaan Libya, sehingga Qaddafi terkenal dengan julukan The Great ‎Man-Made River, pembuat sungai buatan terbesar.‎

Wisata Kuliner
Di Libya, selain wisata sejarah, kita juga dapat melakukan wisata kuliner. ‎Yang paling terkenal dan tradisional adalah Bordem. Di beberapa restoran khas ‎Libya, Bordem dapat dijumpai dengan mudah. Jika penasaran, kita dapat ‎menyaksikan proses memasak Bordem di perkampungan Libya. Bahan masakan ‎Bordem terbuat dari daging ayam atau kambing. Cara masaknya sederhana, setelah ‎diberi bumbu tradisional, potongan-potongan daging ayam atau kambing ‎dimasukkan ke dalam sebuah bejana besar yang terbuat dari besi atau alumunium. ‎Setelah ditutup rapat, kemudian bejana tersebut dimasukkan ke dalam lubang tanah ‎yang telah digali dan ditimbun dengan bara menyala dan pasir. Setelah enam jam ‎bejana tersebut dibakar, Bordem siap diangkat dan dihidangkan. Rasanya..ehm.. ‎enak, selain empuk, lemak yang ada dalam daging menjadi terpisah dan mengendap ‎di dasar bejana, sehingga tak berbahaya bagi yang punya kolesterol. Bordem ‎biasanya dimakan sebagai lauk dengan Kuskusi, yaitu makanan khas seperti nasi ‎berwarna kuning yang terbuat dari biji gandum.‎

Masyarakat Indonesia di Libya
Warga Negara Indonesia yang tinggal di Libya tidak terlalu banyak, ‎jumlahnya hanya sekitar 800-an orang selama 2 tahun terakhir dan tersebar di ‎berbagai kota di Libya. Mereka rata-rata bekerja di perusahaan-perusahaan ‎minyak, konstruksi, atau industri; selain juga terdapat sejumlah TKW. ‎
Ada juga mahasiswa yang belajar di kampus Kuliah Dakwah Islamiyah Tripoli ‎yang jumlahnya mencapai 130 orang dengan berbagai strata, mulai S1 sampai ‎dengan S3, dan mendapat beasiswa dari World Islamic Call Society (WICS), sebuah ‎organisasi dakwah milik Libya.‎
WNI yang tinggal di Libya biasanya berkumpul secara rutin di Kedutaan Besar ‎RI di Tripoli paling tidak seminggu sekali. Mereka melaksanakan shalat jumat dan ‎menikmati hidangan masakan ala Indonesia yang tak mungkin ditemui di restoran-‎restoran di seantero Libya. Hal ini setidaknya dapat mengobati kerinduan kepada ‎tanah air.‎

Tripoli, 10 Agustus 2009‎
Penulis adalah Dosen Tetap Jurusan Arab Unpad Bandung dan mahasiswa ‎Pascasarjana Arabic Studies IICC Tripoli - Libya.‎