Kamis, 30 April 2009

Teks 1 Khutbah Jumat di KBRI Tripoli


Refleksi Kemerdekaan Indonesia
Khutbah Jumat di KBRI


َلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ أَكْرَمَنَا بِنِعْمَةِ الإِيْمَانِ وَاْلإِسْلاَمِ، وَيَمُنُّ عَلَيْنَا بِالسَّعَادَةِ وَالسَّلاَمَةِ وَالصِّحَّةِ وَاْلعَافِيَةِ.

أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

Hadirin sidang jumat yang berbahagia..
Marilah kita bersama2 memanjatkan puji dan syukur kepada hadirat Allah swt, karena atas karunia dan kasih sayangnya sampai hari ini kita masih diberikan kesempatan untuk menghirup udara dan menjalani aktivitas kehidupan di dunia untuk mempersiapkan kehidupan sesungguhnya yang kekal abadi di akhirat nanti.
Dalam kesempatan ini khatib berpesan kepada diri khatib dan jamaah sekalian, agar selalu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah swt. Dengan cara terus berupaya melakukan proses evaluasi terhadap diri kita, agar terbangun ruh dan mentalitas yang hanya patuh, tunduk, dan takut kepada Allah swt. Kepatuhan, ketundukan dan rasa takut hanya kepada Alloh, itulah tolak ukur keimanan dan ketaqwaan seseorang. Pribadi yang beriman dan bertaqwa tidak akan menghambakan dirinya kepada apapun atau siapapun, ia merdeka dari penghambaan terhadap makhluk. Ia akan menghambakan dirinya hanya kepada Alloh swt.
Itulah makna mendalam dan sesungguhnya dari kalimat syahadat pertama yang kita selalu ucapkan setiap hari dalam shalat 5 waktu. Yaitu: Asyhadu alla ilaha illa alloh.. Saya bersaksi tidak ada tuhan selain alloh.
Perumusan kalimat persaksian (Syahadat) ini: Tiada Tuhan selain Allah mengandung gabungan antara peniadaan dan pengecualian. Perkataan "Tidak ada Tuhan" berarti meniadakan segala bentuk kepercayaan, sedangkan perkataan "Selain Allah" memperkecualikan satu kepercayaan hanya kepada Alloh. Dengan peniadaan itu dimaksudkan agar manusia membebaskan dirinya dari belenggu segenap kepercayaan yang ada tentunya dengan segala akibatnya, dan dengan pengecualian itu dimaksudkan agar manusia hanya tunduk pada ukuran kebenaran yang datangnya dari Alloh, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta segala yang ada termasuk manusia.
Patuh dan tunduk hanya kepada Allah itulah yang disebut Tauhid. Agama Islam disebut sebagai agama Tauhid.
Kebalikan dari tauhid adalah syirik.
"Syirik" secara harfiah artinya mengadakan tandingan, dalam hal ini kepada Tuhan. Syirik adalah sifat menyerah dan menghambakan diri kepada sesuatu selain kepada Allah, baik menghambakan diri kepada sesama manusia maupun alam. Karena sifatnya yang meniadakan kemerdekaan asasi manusia, syirik merupakan dosa dan kejahatan terbesar kepada kemanusiaan. Oleh karena itu Alloh mengingatkan kepada kita, bahwa semua dosa itu akan diampuni kecuali dosa syirik. Orang yang tidak melakukan syirik dalam arti tidak menghambakan diri kepada makhluk baik itu manusia, harta benda, hawa nafsu dsb, berarti ia telah mendapatkan kemerdekaanya.
Itulah sesungguhnya makna Lailaha Illa alloh..yang memerdekakan kita semua. Dalam konteks individu, Permasalahannnya adalah sudah merdekakah diri kita dari penghambaan selain kepada Allah..?
Sementara dalam konteks kebangsaan..yang hari kemerdekaanya akan kita peringati pada tgl 17 agustus nanti, dengan berlandaskan pada kalimat tauhid tadi, nampaknya kita secara kolektif harus mengaca diri, agar kemerdekaan yang telah amanatkan dan diperjuangkan oleh para pendahulu kita dengan keringat dan darah, tidak dikhianati oleh tangan2 tidak bertanggung jawab yang justru membelenggu kemerdekaan kita.
Pada saat ini memang benar kemerdekaan secara simbolik telah dikumandangkan oleh bangsa Indoensia. Tapi kemerdekaan secara substantif belum sepenuhnya dirasakan oleh mayoritas rakyat Indonesia. Rakyat kita masih dibelenggu oleh kebodohan dan kemiskinan. Baik kemiskinan structural maupun kemiskinan material.
Sesungguhnya kemiskinan rakyat kita secara materi adalah sesuatu yang ironis kalau kita melihat potensi kekayaan negeri kita,
Indonesia merupakan negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia dengan  17.500 pulau, 81.000 km garis pantai (terpanjang kedua setelah Kanada), dan sekitar 70% wilayahnya termasuk Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) berupa Laut. Luas Darat 1,9 juta km2 = 190 juta ha (25%), Luas Laut 5,8 juta km2 (75%). Indonesia menurut sensus tahun 2000 berpenduduk 205,132 juta jiwa, dan pada tahun 2008 mencapai 227,779 juta jiwa, adalah merupakan pasar yang besar dari sisi bisnis.`Dari jumlah tersebut 86,6% penduduknya beragama Islam. Indonesia merupakan negeri Muslim terbesar di dunia.
Indonesia memiliki 60 cekungan besar minyak bumi dan gas, 11 yang sudah berproduksi dengan kapasitas Minyak Bumi sebesar 1,93 milyar barel.
Cadangan Emas, Perak, dan zat mineral lainnya terdapat hampir di semua kawasan dari mulai Sumatra sampai papua. Belum lagi pertanian, perikanan, kelautan, dan kehutanan yang luar biasa potensinya.
Namun semua potensi kekayaan itu nampaknya belum dikelola secara benar dan maksimal untuk kepentingan rakyat banyak. Malah ironisnya perusahaan2 dan orang asing justru dengan leluasa menikmati kekayaan milik kita. Sementara rakyat yang notabene kaum pribumi dan pemiliknya hidup berkesusahan. Kalau boleh saya ibaratkan secara ekstrim, Rakyat kita saat ini bagaikan ayam kelaparan di lumbung padi.
Ini semua tentunya disebabkan oleh salah kelola terhadap potensi Negara kita. Pemegang amanat rakyat, tidak semuanya berpihak kepada rakyat, bahkan tak sedikit yang berpihak kepada asing, dan kemudian didikte oleh kepentingan asing dengan mengorbankan kepentingan rakyat.
Itulah fakta sesungguhnya yang terjadi saat ini. Rakyat tetap saja susah, dan belum merdeka dalam memperoleh hak dan akses terhadap kekayaan yang dimiliknya. Rakyat kita belum merdeka secara substantive, rakyat kita belum merdeka ditanah airnya sendiri. Pemimpin kita masih belum mampu memerdekakan rakyatnya.
Untuk itu pula, kedepan janganlah sekali-kali kita mempercayakan bangsa ini dipimpin oleh orang2 yang hanya patuh kepada kepentingan asing dan menyengsarakan rakyat. Kita berharap dan berdoa semoga ke depan kita memiliki pemimpin yang bertauhid. Pemimpin yg bertauhid berarti pemimpin yang merdeka dan hanya takut kepada Allah. Sehingga dengan pemimpin yang bertauhid Negara kita pun akan bertauhid, dalam arti Negara yang merdeka mengelola asset-asetnya, Negara yang tdk tunduk kepada kepentingan asing, dan Negara yang menyejaterakan warganya.
«اللَّهُمَّ مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ أُمَّتِي شَيْئًا فَشَقَّ عَلَيْهِمْ فَاشْقُقْ عَلَيْهِ»
Ya Allah, siapa saja yang mengurusi urusan umatku, lalu dia membebani mereka, maka bebanilah dia! (HR Muslim dan Ahmad).

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِى الْقُرْءَانِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الأيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيْمُ.



أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَات فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

KBRI Tripoli, 14 Agustus 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar